Minggu, 25 Mei 2014

Ambigus Genitalia


Kita menyadari bahwa terjadinya arus perkembangan ilmu pengetahuan yang tidak terhenti membuat kemajuan dan kecanggihan semakin tidak terjangkau. Jika dahulu hanya sebuah mimpi, maka kini segala sesuatu yang dulu tidak masuk akal, telah berada dalam realita. Sebut saja orang dulu hanya bisa pasrah melihat keburukan yang ada pada dirinya, tapi kini mereka dapat menghilangkan keburukan tersebut.
    Seorang ibu setelah proses melahirkan bayi pasti akan menanyakan jenis kelamin anaknya yang dilahirkan kepada dokter atau bidan yang membantu persalinannya (99,9%). Dokter atau bidan yang menolong persalinan akan memberitahukan jenis kelamin anak pada orang tua setelah melihat alat kelamin luarnya. Namun adakalanya sejak lahir orang tua maupun bidan bersalinnya sukar menentukan jenis kelamin bayi yang dilahirkan. Hal ini disebabkan karena alat kelamin luar tidak dapat memberikan kejelasan tentang jenis kelamin karena alat kelamin luar bayi mempunyai kemiripan dengan alat kelamin perempuan tetapi juga mirip dengan alat kelamin laki-laki. Keadaan inilah yang dinamakan ‘Ambigus Genitalia’.
    Pada hakikatnya, kelainan ini disebabkan karena adanya kelainan pada kromosom (genetik). Untuk penyembuhan kelainan ini hanya dapat dilakukan dengan jalan operasi setelah melakukan pendeteksian kromosom untuk memperjelas jenis kelaminnya.
    Jika kita berbicara tentang operasi kelamin dalam perspektif islam mengoperasi/mengubah jenis kelamin hukumnya haram, tapi apakah kita boleh melakukan operasi kelamin untuk penegasan jenis kelamin pada ambigus genitalia? Mari kita lihat pembahasan selanjutnya :)
    Dalam dunia medis, ambigus genitalia artinya alat kelamin yang meragukan. Kelamin ganda adalah penderita interseksual yaitu suatu kelainan dimana penderita memiliki ciri-ciri genetik, anatomik atau fisiologik meragukan antara pria dan wanita. Gejala klinik interseksual sangat bervariasi, mulai dari tampilan sebagai wanita normal sampai pria normal, kasus yang terbanyak berupa alat kelamin luar yang meragukan. Kelompok penderita ini adalah benar-benar sakit secara fisik (genetalianya). Maka, cara untuk mengatasinya adalah dengan operasi kelamin. Operasi kelamin pada orang yang mempunya kelamin ganda seperti ini diperbolehkan. Tentunya setelah ada statusnya, baik pria ataupun wanita yakni dengan cara pendeteksian kromosom dan kemudian dikuatkan dengan pernyataan para dokter ahli. Biasanya operasi ini dilakukan ketika penderita masih bayi dan belum beranjak dewasa, jika sudah dewasa tentunya akan lebih susah lagi karena mungkin dapat berakibat terhadap pola asuh dan pola interaksi dari lingkungan sekitar. Karena jika seseorang dibiarkan dalam status yang tidak jelas maka sungguh kasihan hidupnya, dan masyarakatpun kesulitan untuk berinteraksi dengannya, karena status yang belum jelas apakah dia itu laki-laki atau perempuan. Oleh karenanya, operasi kelamin untuk membuang salah satu dari dua jenis kelamin menurut syari’at islam diperbolehkan, karena akan membawa kemaslahatan bagi yang bersangkutan dan kemaslahatan bagi masyarakat sekitarnya.
    Sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya dan menjadikan diantara mereka pria dan wanita. Semua itu terjadi karena keadilan dan hikmah-Nya. Allah berfirman :
(49) الذُّكُورَ يَشَاءُ لِمَنْ وَيَهَبُ إِنَاثًا يَشَاءُ لِمَنْ يَهَبُ يَشَاءُ مَا يَخْلُقُ وَالْأَرْضِ السَّمَاوَاتِ مُلْكُ لِلَّهِ
(50) قَدِيرٌ عَلِيمٌ إِنَّهُ عَقِيمًا يَشَاءُ مَنْ وَيَجْعَلُ وَإِنَاثًا ذُكْرَانًا يُزَوِّجُهُمْ أَوْ
Artinya :
    kepunyaan Allah lah langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberi anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) saja yang dikehendaki-Nya,dan Dia menjadikan mandul kepada siapa yang dikehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (QS. Asy-syura : 49-50)
    
    Termasuk dari kekuasaan Allah SWT, Dia yang telah menciptakan sebagian makhluk-Nya berbeda dari keumuman jenisnya. Ini adalah sebuah hikmah dan pelajaran bagi hamba-hamba Nya yang terlahir dalam keadaan tidak diketahui jenis kelaminnya karena mereka terlahir dalam keasaan fisik khusus.
    Mengenai orang yang lahir tidak normal jenis kelaminnya, hukum melakukan operasi kelamin tergantung pada keadaan luar dan dalam, yakni apabila seseorang mempunyai jenis kelamin ganda (penis & vagina), maka untuk memperjelas identitas jenis kelaminnya ia boleh melakukan operasi mematikan kelamin yang satu dan menghidupkan kelamin yang lain sesuai dengan organ kelamin bagian dalam. Misalnya seseorang yang mempunyai alat kelamin ganda, yakni penis dan vagina, dan disamping itu dia mempunyai rahim dan ovarium yang merupakan ciri khas utama. Maka, ia boleh atau bahkan dianjurkan untuk mengangkat penisnya demi untuk mempertegas jenis kelamin kewanitaannya, dan sebaliknya ia tidak boleh mengangkat vaginanya dan membiarkan penisnya karena bertentangan dengan organ kelamin bagian dalamnya yang lebih vital yakni rahim dan ovarium. Tentunya, sebelum dilakukan operasi kelamin hendaknya penderiya ambigus genitalia dilakukan pendeteksian kromosom yang kemudian dikuatkan oleh pernyataan para ahli dokter.
    Operasi kelamin ini bersifat tashin atau takmil (perbaikan/penyempurnaan) dan bukan pergantian jenis kelamin, dan menurut para ulama operasi kelamin yang seperti ini diperbolehkan, bahkan dianjurkan sehingga menjadi kelamin yang normal karena kelainan ini ini adalah suatu penyakit yang harus diobati. Para ulama seperti Hasain Muhammad Makhluf (tokoh ulama Mesir) dalam bukunya Shafwatul Bayan (1987:131) memberikan argumentasi bahwa seseorang yang lahir dengan alat kelamin yang tidak normal menyebabkan kelainan psikis dan sosial sehingga dapat tersisih dan mengasingkan diri dari kehidupan masyarakat normal serta kadang mencari jalannya sendiri. Seperti menjadi waria, melacurkan diri, melakukan homoseksual dan lesbianisme. Padahal semua itu dikutuk oleh islam berdasarkan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari, “Allah dan Rasulnya mengutuk kaum homoseksualisme”. Maka untuk menghindarinya, operasi penyempurnaan kelamin boleh dilakukan berdasarkan prinsip ‘Mushalih Mursalah’ karena kaidah fiqih menyatakan bahwa bahaya ini harus dihilangkan. Hal ini sejalan dengan hadits Nabi SAW.

تَدَاوُوْا عِبَادَ اللهِ فَإنَّ اللهَ تَعَالي لَمْ يَضَعْ دَاءً اِلاَّ وضَعَ لَهُ دَوَاءً غَيْرَ دَاءٍ واحِدٍ اَلْهَرَم
Artinya :
    Bertobatlah hai hamba-hamba Allah SWT. Karena sesungguhnya Allah tidak mengadakan pengakit, kecuali dia mengadakan pula obatnya, kecuali satu penyakit, ialah penyakit tua.
    Apabila kemajuan teknologi kedokteran bisa memperbaiki kesehatan fisik/psikis si pensderita ambigus genitalia ini melalui operasi kelamin, maka islam memperbolehkan bahkan menganjurkan/memandang baik, karena manfaatnya lebih besar dari mafsadahnya. Apalagi penderita kelamin ganda ini dipandang sebagai penyakit, yang menurut pandangan islam wajib berikhtiar dan diobati.
    Jadi, jika segala sesuatu yang kita kerjakan bertujuan untuk pengobatan, maka kita diperbolehkan operasi kelamin.
    Hukum operasi kelamin pada penderita ambigus genitalia adalah boleh karena bertujuan untuk mempertegas jenis kelaminnya sehingga dapat mebawa kemaslahatan khusus bagi penderita dan bagi masyarakat pada umunya.
    Hendaknya kita sebagai makhluk yang beragama harus bisa menerima apa adanya terhadap apa yang telah diberikan oleh Allah SWT. Terkecuali apabila adanya suatu kecacatan (ambigus genitalia) yang dapat mengganggu kemaslahatan hidup kita. Kita boleh melakukan operasi kelamin asalkan sesuai dengan indikasi medis (pengobatan) dan diperbolehkan oleh agama.




DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.undip.ac.id/828/2/dr.Siti_Wasilah.pdf
Lifshit Fima (2007). Pediatric endrocrinology. New York : Informa Heathcare
http://imnasution.files.wordpress.com/2013/09/hukum-operasi-ganti-kelamin.pdf
http://deadbycaffeine.blogspot.com/2010/02/apakah-yang-dimaksud-kelamin-ganda-foto.html
http://mahad-ib.blogspot.com/2013/09/hukum-operasi-selaput-dara-dan-kelamin.html
http://multazam-einstein.blogspot.com/2013/01/hukum-operasi-ganti-kelamin-menurut.html









    
    
    

Senin, 24 Desember 2012

Kebutuhan Dasar Manusia


jika berbicara tentang kebutuhan dasar manusia, tak heran jika di dalamnya terdapat tentang konsep manusia, berdasarkan buku yang saya baca, manusia itu di tinjau dari dua sudut pandang yakni manusia sebagai sistem dan manusia sebagai holistik.dimana, manusia sebagai sistem merupakan sebuah perubahan yang terjadi pada manusia akibat adanya perubahan pada lingkungannya(adaptif), manusia memiliki pola persepsi dan tumbuh kembang(personal)sehingga manusia dapat menjalankan perannya dalam lingkungan sosial serta manusia memiliki kekuatan dan wewenang untuk mengambil keputusan. sedangkan manusia sebagai holistik merupakan makhluk yang utuh yang tersusun atas unsur biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
dalam perjalanan suatu kehidupan, manusia tak kan lepas dari masalah dan gangguan dalam kehidupannya termasuk tubuhnya, gangguan dalam tubuh manusia bisa disebut dengan stres, jika dalam tubuh terdapat stres maka tubuh akan meresponnya dengan cara mempertahankan diri untuk mnyeimbangkan tubuh dari stres. salah satu contoh respon tubuh dalam mengatasi gangguannya adalah kompensasi, misalnya pada musim penghujan, otomatis lingkungan akan berubah suhunya menjadi dingin, dengan itu pembuluh darah perifer akan berkontriksi dan merangsang pembuluh daran untuk meningkatkan kegiatan sehingga akan menghasilkan panas dan apada akhirnya suhu tubuh akan tetap normal.mekanisme tubuh untuk mempertahankan keseimbangannya dalam menghadapi berbagai kondisi yang dialaminya dinamakan homeostasis.



Selasa, 13 November 2012

kebutuhan seksual

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan dan ingin diperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha atau tindakan. Salah satu kebutuhan mendasar yang kita ketahui adalah kebutuhan seksual karena kebutuhan seksual merupakan yang harus benar-benar terpenuhi dan apabila kebutuhan seksual ini tidak terpenuhi semestinya maka akan terjadi sesuatu penyimpangan seksual.
Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Seksualitas di defenisikan sebagai kualitas manusia, perasaan paling dalam, akrab, intim dari lubuk hati paling dalam, dapat pula berupa pengakuan, penerimaan dan ekspresi diri manusia sebagai mahluk seksual. Karena itu pengertian dari seksualitas merupakan sesuatu yang lebih luas dari pada hanya sekedar kata seks yang merupakan kegiatan fisik hubungan seksual.
Perkembangan seks manusia berbeda dengan binatang dan bersifat kompleks. Jika pada binatang seks hanya untuk kepentingan mempertahankan generasi atau keturunan dan dilakukan pada musim tertentu dan berdasarkan dorongan insting. Pada manusia seksual berkaitan dengan biologis, fisiologis, psikologis, sosial dan norma yang berlaku. Hubungan seks manusia dapat dikatakan bersifat sacral dan mulia sehingga secara wajar hanya dibenarkan dalam ikatan perkawinan. Jika hubungan seks binatang dapat dilakukan di sembarang tempat, tidak demikian halnya manusia, karena dalam melakukan hubungan seks diperlukan tempat yang layak, sesuai dengan norma tertentu dan didahului oleh satu permainan yang mengasyikkan. Pertumbuhan dan perkembangan seks manusia sesuai dengan makin bertambahnya umur dan dimulai sejenak kelahirannya.
1.2 Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas tentang materi kebutuhan dasar manusia khususnya kebutuhan seksual, sehingga kita dapat mengetahui gambaran keperawatan secara umum tentang kebutuhan seksual mencakup pengertian dasar, ilmu keperawatan, kebutuhan seksual, masalah terkait dengan keperawatan. Diharapkan, makalah ini dapat memberikan penjelasan terutama tentang kebutuhan dasar manusia di dalam kebutuhan seksual.
1.3 Sistematika penulisan
BAB I (PENDAHULUAN)
BAB II (TINJAUAN TEORI)
BAB III (PEMBAHASAN)
BAB IV (KESIMPULAN & SARAN)
BAB V (PENUTUP)

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Tentang Seksualitas
Seksualitas sulit untuk didefinisikan karena seksualitas memiliki banyak aspek kehidupan kita dan diekspresikan melalui beragam prilaku. Seksualitas bukan semata-mata bagian intrinsik dari seseorang tetapi juga meluas sampai berhubungan dengan orang lain. Keintiman dan kebersamaan fisik merupakan kebutuhan sosial dan biologis sepanjang kehidupan. Banyak orang salah berfikir tentang seksualitas hanya dalam istilah seks. Seksualitas dan seks, bagaimana pun, adalah suatu hal yang berbeda. Kata seks sering digunakan dalam dua cara. Paling umum seks digunakan untuk mengacu pada bagian fisik dari berhubungan, yaitu aktifitas seksual genital. Seksualitas dilain pihak adalah istilah yang lebih luas. Seksualitas diekspresikan melalui interaksi dan hubungan dengan individu dari jenis kelamin yang berbeda atau sama dan mencangkup pikiran, pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi, dan emosi. Seksualitas berhubungan dengan bagaimana seseorang merasa tenang diri mereka dan bagaimana mereka mengomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang dilakukannya, seperti sentuhan, ciuman, pelukan, dan senggama seksual dan melalui prilaku yang lebih halus.
Proses bagaimana seseorang mengetahui diri mereka sebagai wanita atau pria tidak jelas dipahami. Terlahir dengan genitalia pria atau wanita dan selanjutnya mempelajari peran sosial wanita atau pria tampak sebagai suatu keharusan, namun hal ini tidak menjelaskan semua variasi seksualitas dan perilaku seksual. Keragaman ini lebih dapat dipahami ketika perawat mengingat bahwa seksualitas adalah saling menjalin dengan semua aspek diri. Pertimbangan tentang seksualitas dan kesehatan seksual karenaya, membutuhkan perspektif holistic. Seksualitas dan kesehatan seksual memiliki dimensi sosiokultural, etika, psikologis dan biolog
2.2 Sikap Terhadap Kesehatan Seksual
Sikap yang ditujukan pada perasaan dan perilaku seksual berubah sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhan seseorang sampai menjadi tua. Perubahan ini mungkin menjadi lebih tradisional atau liberal karena perubahan masyarakat, umpan balik dari orang lain, dan keterlibatan dalam kelompok keagamaan dan komunitas.
Karena kesejahteraan mencakup kesehatan seksual, maka seksualitas harus menjadi bagian dari program perawatan kesehatan. Namun pengkajian dan interpensi seksual tidak selalu termasuk dalam perawatan. Bidang seksualitas mungkin bersifat sangat emosional bagi perawat dan klien. Kurang informasi, konflik sistem nilai, ansietas, atau rasa bersalah mungkin tidak memberlakukan maksud terbaik perawat untuk meningkatkan kesehatan seksual. Klien mungkin tidak mendiskusikan kekhawatiran seksual tertentu karena mereka merasa topik seperti ini berlebihan atau mereka takut bahwa perawat akan menghakimi mereka. Perawat mungkin mengabaikan isyarat klien tentang kekhawatiran seksual karena mereka merasa tidak nyaman dengan seksualitas. Kata – kata seperti masturbasi, homoseksualitas, aborsi dan orgasme mungkin mempunyai konotasi emosional yang dapat membantu orang merasa tidak nyaman. Pada tingkat yang lebih halus, infasi terhadap privasi, kurang dihargai pada klien yang dirawat di rumah sakit, memerlukan waktu untuk bersama pasangan seksual, atau bahkan cara perwat menyentuh klien mencerminkan sikap yang ditujukan kepada seksualitas.
• Sikap seksual klien
Semua orang mempunyai sistem nilai seksual yaitu keyakinan pribadi dan keinginan yang berkaitan dengan seksualitas yang dapat sepanjang hidupnya. Pengalaman ini dapat membuat mudah bagi klien untuk berhadapan dengan masalah lingkungan perawatan kesehatan atau dapat menghambat klien untuk mengekspresikannya. Beberapa klien mungkin bingung tentang sistem nilai seksual mereka dan karenanya mengalami perasaan ambigu atau menegangkan ketika menghadapi seksualitas mereka sendiri. Selain itu, jika klien percaya dalam peran yang sesuai berdasarkan tradisional,mereka mungkin menganggap perawat sebagai wanita dan bersikap tunduk.Gambaran historing tentang perawat adalah seseorang dengan kedisiplinan, kesucian, dan kebersihan. Karena perawat mempunyai hak untuk menyentuh tubuh klien yang dirawat di rumah sakit dan melakukan kebersihan diri klien, maka mereka diharapkan menekan seksualitas mereka sendiri. Namun demikian, perhatian utama tentang klien adalah apakah prilaku, sikap, perasaan, dan sikap seksual spesifik adalah normal. Karena masyarakat tidak didorong untuk secara terbuka membicarakan tentang seksualitas.
Klien mungkin kuatir tentanf efek intervensi keperawatan terhadap kemampuan perawatan diri dan aktivitas seksual mereka. Suatu cedera atau penyakit dapat menyebabkan perubahan dalam cara seseorang mengekspresikan diri sendiri secara seksual. Klien yang dirawat harus diberi privasi ketika dikunjungi oleh pasangan seksualnya. Privasi ini memungkinkan waktu untuk pembicaraan intim, menyentuh, atau berciuman. Di lingkungan rumah, perawat meluangkan waktu untuk membantu klien beradaptasi terhadap setiap keterbatasan fisik sehingga aktivitas seksual dapat dipertahankan.
• Sikap Perawat terhadap Seksualitas
Karena profesional keperawatan kesehatan mewakili masyarakat dan sikap serta prilaku seksualnya yang beragam, maka keragaman itu dipahami dan diharapkan diantara profesional perawatan kesehatan. Perawat dapat menghadapi sikap personal dengan menerima keberadaan mereka, menggali sumber mereka, dan menemukan cara untuk bekerja dengan mereka. Prilaku profesioanl tidak harus berkompromi dengan etik seksual personal dari perawat dan klien. Prilaku profesional harus menjamin bahwa klien menerima perawatan kesehatan terbaik yang paling mungkin tanpa menghilangkan nilai-diri mereka.
Perawat mungkin menemukan kesulitan untuk tidak menghakimi seksualitas klien ketika orientasi atau nilai seksual klien berbeda. Situasi yang tampak aneh atau salah bagi perwat mungkin tampak normal dan dapat diterima oleh klien. Dengan berupaya untuk mengubah sikap dan prilaku seksual klien akan mengabaikan perbedaan mendasar dalam sikap di antara manusia. Promosi tentang edukasi seks dan pemeriksaan nilai dan keyakinan seksual dengan jujur dapat membantu dalam mengurangi bias seksual. Klien membutuhkan informasi yang akurat, jujur tentanf efek penyakit pada seksualitas dan cara yang dapat menunjang kesejahteraan.
2.3 Seks Ditinjau dari Masalah Sosial
Secara sosial hubungan seks baru diperbolehkan bila telah terikat dalam perkawinan. Ditengah masyarakat Indonesia yang berdasarkan Pancasila,belum dapat diterima kehamilan tanpa status perkawinan yang resmi,atau hidup bersama tanpa pernikahan.Menghadapi gerakan keluarga berencana dianjurkan untuk menikah pada usia yang relatif dewasa (20-25 tahun) sehingga diperlukan waktu panjang mencapai umur itu.
Menghadapi penundaan perkawinan ini para remaja memerlukan penyaluran diri sehingga terhindar dari berbagai aspek hubungan seks yang dilakukan secara sembrono.
Hubungan seks yang bebas sudah tentu akan menimbukan akibat yang tidak diinginkan yaitu kehamilan yang belum dikehendaki,penyakit hubungan seks dan penyakit radang panggul,akhirnya terjadi kemandulan.Dalam situasi masa pancaroba dan menunggu sampai usia kawin inilah peranan orang tua sangat penting mengarahkan remaja menuju tingkah laku tang positif dan terutama dalam pendidikan sehingga dapat mencapai sasaran belajar yang dikehendaki.Disamping itu tingkah laku orang tua pun tidak kalah pentingnya menjadi contoh dan menjadi panutan remaja dalam bertingkah laku. Mendampingi remaja saat ini sangat penting sehingga tercapai cita – cita dan tidak mengurangi masa depan yang lebih baik. Pendidikan seks sangat diperluka, sehingga terdapat pengertian yang benar tentang berbagai masalah hubungan seksual.
2.4 Hubungan Seks dalam Keluarga
Hubungan seksual dalam keluarga merupakan puncak keharmonisan dan kebahagiaan, oleh karena itulah kedua belah pihak harus dapat menikmatinya bersama. Perlu diakui bahwa pada permulaan perkawinan sebagian besar belum mampu mencapai kepuasan bersama, karena berbagai kendala. Setelah tahun pertama sebagian besar sudah mengerti dan dapat mencapai kepuasan bersama. Didasari bahwa pencapaian organisme pria sebagian besar terjadi lebih dahulu, sedangkan untuk wanita lebih lambat sehingga diperlukan permainan dengan cumbuan yang sempurna. Sekalipun bukan satu-satunya yang dapat memegang kendali kerukunan rumah tangga, tetapi ketidak puasan seks sudah dapat menimbulkan perbedaan pendapat, perselisihan dan akhirnya terjadi perceraian.Itulah sebabnya masalah seksual sebaiknya dibicarakan secara terbuka sehingga tidak mengecewakan dalam keluarga.
2.5 Seks pada Lansia
Pada usia lanjut tidak ada halangan untuk meningkatkan hubungan seks, hanya frekuensinya tentu makin berkurang, tetapi diharapkan kualitasnya makin meningkat untuk keharmonisan keluarga.Usia lanjut pria dan masa klimakterium atau menopause, bukanlah halangan untuk melakukan hubungan seksual. Kadang-kadang, karena sudah tidak takut hamil, mungkin kepuasan seks dapat meningkat. Masalah yang dihadapi hubungan seks masa usia lanjut adalah keinginan seksual sudah berkurang, daerah erogen (erotik) kurang sensitif sehingga memerlukan rangsangan intensif, agak sulit mencapai orgasme. Oleh karena itu tidak salah bila golongan usia lanjut ini memerlukan bantuan yang salah satunya memutar film erotik yang dapat membangkitkan fantasi seks. Akan sangat keliru bila masyarakat menyalahkan tindakan ini sebagai tidak tahu diri, sudah tua kok masih menonton film biru semacam itu. Untuk menghindari cemoohan masyarakat sebaiknya pemutaran film ini dilakukan dalam kamar tersendiri dan hanya ditonton berdua. Tidak ada alasan bagi individu tidak dapat tetap aktif secara seksual sepanjang mereka memilihnya. Hal ini dapat secara efektif dipenuhi dengan mempertahankan aktifitas seksual secara teratur sepanjang hidup. Terutama sekali bagi wanita, hubungan senggama teratur membantu mempertahankan elastisitas vagina, mencegah atrofi, dan mempertahankan kemampuan untuk lubrikasi. Namun demikian, proses penuaan mempengaruhi prilaku seksual. Perubahan fisik yang terjadi bersama proses penuaan harus dijelaskan kepada klien lansia. Lansia mungkin juga menghadapi kekuatiran kesehatan yang membuat sulit bagi mereka untuk melanjutkan aktifitas seksual. Dewasa yang menua mungkin harus menyesuaikan tindakan seksual dan berespons terhadap penyakit kronis, medikasi, sakit dan nyeri, atau maslah kesehatan lainnya.
2.6 Seks pada Kehamilan
Perubahan lain yang dapat terjadi pada aktivitas seks adalah pada masa hamil. Keinginan seks pada waktu hamil sebagian besar tidak berubah, bahkan sebagian kecil makin meningkat, berkaitan dengan meningkatnya hormon estrogen. Oleh karena itu hubungan seks waktu hamil, bukanlah merupakan halangan. Pada kehamilan makin tua teknik pelaksanaannya agak sulit, karena perut makin membesar. Pada saat itu dapat dilakukan posisi siku lutut wanita. Dikemukakan bahwa menjelang dua minggu persalinan diharapkan jangan melakukan hubungan seks, karena dapat terjadi ketuban pecah dan memulai persalinan.
Pada waktu hamil hubungan seks harus dihindari pada keadaan keguguran berulang,hamil dengan perdarahan, hamil dengan tanda infeksi, kehamilan dengan ketuban yang telah pecah, atau hamil dengan luka di sekitar alat kelamin luar. Perubahan dalam seksualitas juga berlanjut setelah persalinan. Beberapa wanita mungkin tetap tidak berminat atau kehilangan respons seksual selama 6 bulan atau lebih. Perubahan hormonal, terutama penurunan estrogen, penurunan jumlah lubrikan yang mempunyai bahan dasar air. Keletihan yang disebabkan oleh menyusui dan gangguan tidur serta perubahan umum dalam tugas dan rutinitas rumah tangga secara negatif mempengaruhi keinginan seksual pada kedua pasangan. Takut tentang rasa nyeri vagina atau luka episiotomi juga dapat mengganggu aktivitas seksual. Secara fisiologis, pasangan harus menahan untuk tidak melakukan hubungan senggama sampai perdarahan terhenti dan luka episiotomi dan ketidaknyamanan vagina menghilang. Hal ini sering terjadi 2 atau 3 minggu setelah kelahiran. Selama periode awal ini dan bahwa dengan menyusui, pasangan perawatan kesehatan harus mendiskusikan tentang pilihan keluarga berencana.
Kurangnya hasrat seksual dan aktivitas seksual selama kehamilan dan setelah persalinan adalah hal yang wajar. Perawat harus memastikan bahwa pasangan mengetahui kemungkinan berkurangnya keinginan seksual sehingga pasangan tidak menginterpretasikan ketidakinginan istrinya dalam berhubungan senggama sebagai penolakan. Pengekspresian seksualitas dan kasih sayang dengan cara lain dapat diberikan. Aktivitas ini dapat mencakup memeluk, berciuman, memegang tangan, dan pijat.


BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian kebutuhan seksual
Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan dan ingin diperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha atau tindakan (Murray dalam Bherm, 1996)
Kebutuhan Seks (Sex Needs), yaitu kebutuhan pelampiasan dorongan seksual, bagi mereka yang sudah matang fungsi biologisnya. Kebutuhan akan seks bagi manusia sudah ada sejak lahir. Seks tergolong dalam kebutuhan primer – yang sama dengan kebutuhan: makan, minum, mandi, berpakaian, tidur, bangun, bekerja, buang air besar, atau buang air kecil. Aktiviats-aktivitas rutin ini dilakukan setiap manusia sepanjang hidup. Orang bisa berpuasa tetapi dalam batas waktu tertentu. Dan itulah yang disebut dengan kebutuhan seks.
Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai memperhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi hubungan timbal balik antara kedua individu tersebut ( Alimut , 2006).

3.2 Identifikasi kebutuhan dasar seksual
Pembentukan karakter manusia berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan seksual, seiring pertambahan umurnya. Asumsi ini dikupas tuntas dalam “teori perkembangan psikoseksual “dari Sigmund Freud, keenam fase tersebut di antaranya fase oral, anal, phallic, latency, dan genital, dimana setiap manusia memiliki fase psikoseksual yang seragam dan ditentukan oleh pertambahan umur. Apa-apa yang dialami manusia dalam setiap fasenya akan berpengaruh terhadap kepribadian final.
Perkembangan seksual diawali dari masa pranatal dan bayi, kanak-kanak, masa pubertas, masa dewasa muda dan pertengahan umur, serta dewasa.
3.2.1. Masa Pranatal dan Bayi
Pada masa ini komponen fisik dan biologis sudah mulai berkembang. Berkembangannya organ seksual mampu merespons rangsangan, seperti adanya ereksi penis pada laki-laki dan adanya pelumas vagina pada wanita. Perilaku ini terjadi ketika mandi, bayi merasakan adanya perasaaan senang. Menurut sigmund freud, tahap perkembangan psikoseksual pada masa ini adalah :
1. Tahap oral, terjadi pada umur 0-1 tahun. Kepuasan, kesenangan, atau kenikmatan dapat dicapai dengan menghisap, mengigit, mengunyah, atau bersuara. Anak memiliki ketergantugan sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk mendapatkan rasa aman. Masalah yang diperoleh pada tahap ini adalah masalah menyapi dan makan.
2. Tahap anal, terjadi pada umur 1-3 tahun. Kepuasan pada tahap ini terjadi pada saat pengeluaran feses. Anak mulai menunjukan keakuanny, sikapnya sangat narsitik (cinta terhadap diri sendiri), dan egois. Anak juga mulai mempeljari struktur tubuhnya. Pada tahap ini anak sudah dapat dilatih dalam hal kebersihan.
3.2.2. Masa Kanak-kanak
Masa ini dibagi dalam usia toddler, prasekolah, dan sekolah perkembangan seksual pada masa ini diawali secara biologis atau fisik, sedangkan perkembangannya psikosesksual pada masa ini adalah :
1. Tahap oedipal/phalik, terjadi pada umur 3-5 tahun. Kepuasaan anak terletak pada rangsangan otoerotis, yaitu meraba-raba, mersakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya. Anak juga mulai menyukai lain jenis. Anak laki cendrung suka pada ibunya daripada ayahnya, sebaliknya anak perempuan lebih suka pada ayahnya, anak mulai dapat mengindentifikasi jenis kelamin dirinya, apakah laki-laki atau perempuan, belajar melalui interaksi dengan figur orang tua, serta mulai mengembangkan peran sesuai dengan jenis kelaminnya.
2. Tahap laten, terjadi pad umur 5-12 tahun. Kepuasaan anak mulai terintegrasi, mereka memasuki masa pubertas dan berhadapan langsung pada tuntutan sosial, seperti suka hubungan dengan kelompoknya atau teman sebaya, dorongan libido mulai mereda. Pada masa sekolah ini, anak sudah banyak bertanya tentang hal seksual melalui interaksi dengan orang dewasa, membaca, atau berfantasi.
3.2.3. Masa Pubertas
Pada masa ini sudah terjadi kematangan fisik dari aspek seksual dan akan terjadi kematangan secara psikososial. Terjadi perubahan secara psikologis ini ditandai dengan adanya perubahan dalam citra tubuh (body image) perhatian yang cukup besar terhadap perubahan fungsi tubuh, pembelajaran tentang perilaku, kondisi sosial, dan perubahan lain, seperti perubahan berat badan, tinggi badan, perkembangan otot, bulu di pubis, buah dada, atau menstruasi bagi wanita. Tahap yang di sebut oleh freud sebagai tahap genital ini terjadi pada umur lebih dari 12 tahun. Kepuasan anak pada tahap ini akan kembali bangkit dan mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap lawan jenis.
3.2.4. Masa Dewasa Muda dan Pertengahan Umur
Pada tahap ini perkembangan secara fisik sudah cukup dan seks sekunder mencapai puncaknya, yaitu antara umur 18-30 tahun. Pada masa pertengahan umur terjadi perubahan hormonal; pada wanita di tandai denganpengecilan payudara dan jaringan vagina, penurunan cairan vagina selanjutnya akan terjadi penurunan reaksi erksi; pada pria ditandai dengan penurunan ukuran penis serta penurunan semen. Dari perkembangan psikososial,sudah mulai terjadi hubungan intim antara lawan jenis, proses pernikahan dan memiliki anak, sehingga terjadi perubahan peran.
3.2.5. Masa Dewasa Tua
Perubahan yang terjadi pada tahap ini pada wanita di antaranya adalah atropi pada vagina dan jaringan payudara, penurunan cairan vagina dan penurunan intensitas orgasme pada wanita; sedangkan pada pria akan mengalami penurunan produksi sperma, berkurangnya intesintas orgasme, terlambatnya pencapaian ereksi, dan pembesaran kelenjar prostat.
3.2.6. Masa Dewasa Tua (Lansia)
Seksualitas dalam usia tua beralih dari penekanan pada prokreasi menjadi penekanan pd pertemanan kedekatan fisik komunikasi intim dan hubungan fisik mncri ksenangan (Ebersole & Hess 1994).Tidak ada alasan bagi individu tdk dapat tetap aktif secara seksual sepanjang mereka memilihnya.Hal ini dapat secara efektif dipenuhi dgn mmperthnkn aktifitas seksual scra teratur sepnjng hidup.terutama seks bagi wanita hubungan senggama teratur membantu mmperthnkan elastisitas vagina mncegah atrofi dam mmperthnkan kemampuan untuk lubrikasi. Namun demikian proses penuaan mempengaruhi perilaku seksual. Perubahan fisik yang terjadi bersama proses penuaan harus dijelaskan kepada klien lansia.lansia mngkin juga menghadapi kekuatiran kesehatan yang mmbuat sulit bagi mereka utk melanjutkan aktifitas seksual.dewasa yang menua mungkin harus menyesuaikan tindakan seksual dan berespons terhadap penyakit kronis medikasi sakit dan nyeri atau masalah kesehatan lainnya.

3.3 Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
Berikut ini pedoman wawancara yang baik dalam mengumpulkan data yang berkaitan dengan aspek psikoseksual :
a. menggunakan pendekatan yang jujur dan berdasarkan fakta yang menyadari bahwa klien sedang mempunyai pertanyaan atau masalah seksual
b. Mempertahankan kontak mata dan duduk dekat klien
c. Memberikan waktu yang memadai untuk membahas masalah seksual, jangan terburu-buru
d. Menggunakan pertanyaan yang terbuka, umum dan luas untuk mendapatkan informasi mengenai penngetahuan, persepsi dan dampak penyakit berkaitan dengan seksualitas
e. Jangan mendesak klien untuk membicarakan mengenai seksualitas, biarkan terbuka untuk dibicarakan pada waktu yang akan datang
f. Masalah citra diri, kegiatan hidup sehari-hari dan fungsi sebelum sakit dapat dipakai untuk mulai membahas masalah seksual
g. Amati klien selama interaksi, dapat memberikan informasi tentang masalah ap yang dibahs, bigitu pula masalah apa yang dihindari klien
h. Minta klien untuk mengklarifikasi komunikasi verbal dan nonverbal yang belum jelas
i. Berinisiatif untuk membahas masalah seksual berarti menghargai kjlien sebagai makhluk seksual, memungkinkan timbulnya pertanyaan tentang masalah seksual.
Perlu dikaji berbagai mekanisme koping yang mungkin digunakan klien untuk mengekspresikan masalah seksualnya, antara lain :
a. Fantasi, mungkin digunakan untuk meningkatkan kepuasan sekasual
b. Denial, mungkin digunakan untuk tidak mengakui adanya konflik atau ketidakpuasan seksual
c. Rasionalisasi, mungkin digunakan untuk memperoleh pembenaran atau penerimaan tentang motif, perilaku, perasaan dan dorongan seksual
d. Menarik Diri, mungkin dilakukan untuk mengatasi perasaan lemah, perasaan ambivalensi terhadap hubungan intim yang belum terselesaikan secara tuntas.

II. Diagnose dan intervensi
Diagnose Tujuan Intervensi Rasional
Disfungsi seksual resiko tinggi terhadap perubahan struktur tubuh b.d kerusakan saraf
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi selama 2x24Jam klien
mampu untuk mencapai atau menjaga ereksi
KH :
Klien mampuMenyatakanpemahamanperubahananatomi/fungsi

klien mampumengidentifikasikepuasanseksual yangditerima danbeberapaalternatif caramengekspresikan seksual.

Mandiri :

Dengarkan pernyataan klien/orang terdekat.

Kaji
Informasi
klien tentang
anatomi/fungsi seksual
dan
pengaruh
prosedur
pembedahan.
Identifikasi factor budaya/nilai
adanyakonflik.
Bantu pasien untuk menyadari/menerima tahapberduka.
Dorong pasien untuk berbagi pikiran /masalah
Dengan teman
Solusi pemecahan masalah terhadap masalah potensial.
Diskusikan sensasi/ketidaknyamanan fisik, perubahan pada respon seperti individu biasanya.
Kolaborasi :
Rujuk kekonselor/ahli seksual sesuai kebutuhan
Masalah seksual sering tersembunyi sebagai pernyataan humor.
Menunjukan kesalahan informasi yang mempengaruhi pengambilan keputusan.
Dapat mempengaruhi kembalinya kepuasan hubungan seksual.
Mengakui proses normal kehilangan secara nyata/menerima perubahan dapat meningkatkan koping dan memudahkan resolusi.
Komunikasi terbuka dapat mengidentifikasi area penyesuaian dan peningkatan diskusi dan resolusi.
Membantu klien kembali terhadap hasrat/kepuasan terhadap aktivitas seksual.
Nyeri dapat nyata menyertai atau kehilangan sensori dapat terjadi sehubungan dengan trauma bedah.
Mungkin dibutuhkan bantuan tambahan untuk meningkatkan kepuasan hasil


Gangguan harga diri b.d efek hubungan seksual. Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 Jam klien mampu menyatakan penerimaan diripada situasi dan adaptasi terhadap perubahan pada citra tubuh

Klien mengatakan sudah dapat menerima dalam situasi ini.

Klien terlihat tidak menarik diri dan tidak depresi.
Mandiri :
Berikan waktu untuk mendengan masalah dan ketakutan pasien dan org terdekat.
Diskusikan persepsi diripasien sehubungan dengan antisipasi perubahan dan pola
Hidup khusus.
Kaji stress emosi klien. Identifikasi kehlangan
Pada klien/orang terdekat. Dorong klien untuk mengekspresiakan dengan tepat.
Berikan informasi akurat.

Identifikasi perilaku
Koping positif sebelumnya.

Berikan lingkungan terbuka pada klien untuk mendiskusikan masalah seksualitas.
Perhatikan perilaku menarik diri,mengaggap diri negatif, penggunaan penolakan,atau terlalu mempermasalahkan perubahan aktual yang ada.
Kolaborasi :
Rujuk kekonseling professional sesuai kebutuhan.

-Memberikan
minat dan perhatian

Perawat perlu menyadari apakah arti tindakan ini terhadap klien untuk menghindari tindakan kurang hati-hati atau menyendiri.
Memberikan kesempatanpada klien untuk bertabah dan mengasimilasi informasi.

Membantu dalam membuat kekuatan yang telah ada bagi klien untuk digunakan dalam situasi saat ini.
Meningkatkan saling berbagi keyakinan tentang subjek sensitif dan mengidentifikasi kesalahan konsep yang dapat mempengaruhi penilaian situasi.
Mengidentifikasi tahap kehilangan/kebutuhan intervensi.
Mungkin memerlukan bantuan tambahan untuk mengatasai perasaan kehilangan.


III. Analisa data
Problem etiologi symtomp
Disfungsi seksual resiko tinggi terhadap perubahan struktur tubuh b.d kerusakan saraf Ditandai dengan :
Klien mengatakan tidak dapat ereksi saat melakukan hubungan seksual.
Sebelum kecelakaan,klien tidak mengalami gangguandalam hubunganseksual (ereksi).
Klien merasakan sakitpada bagian penis.
Klien Terlihat adanyakemerahan disekitarpenis

Gangguan harga diri b.d efek hubungan seksual Ditandai dengan :
Klien mengatakan takut tidak dapat membahagiakan istrinya.
Klien mengatakan
Merasa malu pada pasangannya











Selasa, 07 Agustus 2012

tumbang

BAB I
PENDAHULUAN
Memiliki anak dengan tumbuh kembang yang optimal adalah dambaan setiap
orang tua. Untuk mewujudkannya tentu saja orang tua harus selalu memperhatikan,
mengawasi, dan merawat anak secara seksama.
Proses tumbuh kembang anak dapat berlangsung secara alamiah, tetapi
proses tersebut sangat tergantung kepada orang dewasa atau orang tua. Periode
penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini
pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas,
kesadaran sosial, emosional, dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan
landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar
kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Pada masa periode kritis ini, diperlukan
rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensinya berkembang. Perkembangan
anak akan optimal bila interaksi diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada
berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi masih dalam kandungan.
Untuk bisa merawat dan membesarkan anak secara maksimal tentu kita perlu
mengetahui banyak hal yang berkaitan dengan anak itu sendiri, yang pada gilirannya
akan menjadi bekal yang sangat berharga bagi kita dalam merawat dan membesarkan
buah hati kita.

BAB II
TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang istilah tumbuh kembang
2. Untuk mengetahui Faktor faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
3. Untuk mengetahui Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang
4. Untuk Mengetahui Perkembangan anak
5. Untuk mengetahui Stimulasi dalam tumbuh kembang anak
6. Untuk mengetahui Stimulasi perkembanngan anak
7. Untuk mengetahui Prinsip dasar yang harus di perhatikan dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak
8. Untuk mengetahui Ciri alat permainan untuk anak di bawah 5 tahun
9. Untuk mengetahui tentang nutrisi tumbuh kembang anak

BAB III
MANFAAT
1. Dapat mengetahui tentang istilah tumbuh kembang
2. Dapat mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
3. Dapat mengetahui tentang kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang
4. Dapat mengetahui tentang perkembangan anak
5. Dapat mengetahui tentang stimulasi dalam tumbuh kembang anak
6. Dapat mengetahui tentang stimulasi perkembangan anak
7. Dapat mengetahui tentang prinsip dasar yang harus di perhatikan dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak
8. Dapat mengetahui tentang ciri alat permainan untuk anak di bawah 5 tahun
9. Dapat mengetahui tentang nutrisi tumbuh kembang anak
10.
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Istilah tumbuh Kembang
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya
berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, atau ukuran, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram) dan
ukuran panjang (cm, meter), sedangkan perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dari seluruh bagian
tubuh sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil berinteraksi dengan
lingkungannya.

2. Faktor faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi tumbuh
kembang anak, yaitu:
1. Faktor genetik
Faktor genetik ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut. Kemampuan
anak merupakan ciri-ciri yang khas yang diturunkan dari orang tuanya.
2. Faktor lingkungan
Yang dimaksud lingkungan yaitu suasana di mana anak itu berada. Dalam hal ini
lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh
kembang sejak dalam kandungan sampai dewasa. Lingkungan yang baik akan
menunjang tumbuh kembang anak, sebaliknya lingkungan yang kurang baik
akan menghambat tumbuh kembangnya.

3. Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum dibagi menjadi 3
kebutuhan dasar yaitu:
1. Kebutuhan fisik-biomedis (”ASUH”)
Meliputi:
- pangan/gizi
- perawatan kesehatan dasar: imunisasi, pemberian ASI,
penimbangan yang teratur, pengobatan
- pemukiman yang layak
- kebersihan perseorangan, sanitasi lingkungan
3
- pakaian
- rekreasi, kesegaran jasmani
2. Kebutuhan emosi/kasih sayang (”ASIH”)
Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan
kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik
fisik, mental, atau psikososial.
3. Kebutuhan akan stimulasi mental (”ASAH”)
Stimulasi mental mengembangkan perkembangan kecerdasan,
kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas
dan sebagainya.
Anak yang mendapat ASUH, ASIH, dan ASAH yang memadai akan mengalami
tumbuh kembang yang optimal sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya.

4. Perkembangan anak
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada
masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan
anak selanjutnya. Pada masa balita ini kemampuan berbahasa, kreativitas, sosial,
emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga
dibentuk pada masa ini.
Deteksi dini perkembangan anak dilakukan dengan cara pemeriksaan
perkembangan secara berkala, apakah sesuai dengan umur atau telah terjadi
penyimpangan dari perkembangan normal. Empat parameter yang dipakai dalam
menilai perkembangan anak adalah:
1. Gerakan motorik kasar (pergerakan dan sikap tubuh).
2. Gerakan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dll).
3. Bahasa (kemampuan merespon suara, mengikuti perintah, berbicara
spontan).
4. Kepribadian/tingkah laku (bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya).

5. Stimulasi dalam tumbuh kembang anak
Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua agar
anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai umurnya. Stimulasi
adalah perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran, perabaan) yang datang dari
lingkungan anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat
berkembang dibandingkan anak yang kurang bahkan tidak mendapat stimulasi.
Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan
anak. Berbagai macam stimulasi seperti stimulasi visual (penglihatan), verbal (bicara),
auditif (pendengaran), taktil (sentuhan) dll dapat mengoptimalkan perkembangan
anak.
5
Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhankebutuhan
anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Pada tahap
perkembangan awal anak berada pada tahap sensori motorik. Pemberian stimulasi
visual pada ranjang bayi akan meningkatkan perhatian anak terhadap lingkungannya,
bayi akan gembira dengan tertawa-tawa dan menggerak-gerakkan seluruh tubuhnya.
Tetapi bila rangsangan itu terlalu banyak, reaksi dapat seba;liknya yaitu perhatian
anak akan berkurang dan anak akan menangis.
Pada tahun-tahun pertama anak belajar mendengarkan. Stimulus verbal pada
periode ini sangat penting untuk perkembangan bahasa anak pada tahun pertama
kehidupannya. Kualitas dan kuantitas vokal seorang anak dapat bertambah dengan
stimulasi verbal dan anak akan belajar menirukan kata-kata yang didengarnya. Tetapi
bila simulasi auditif terlalu banyak (lingkungan ribut) anak akan mengalami kesukaran
dalam membedakan berbagai macam suara.
Stimulasi visual dan verbal pada permulaan perkembangan anak merupakan
stimulasi awal yang penting, karena dapat menimbulkan sifat-sifat ekspresif misalnya
mengangkat alis, membuka mulut dan mata seperti ekspresi keheranan, dll. Selain itu
anak juga memerlukan stimulasi taktil, kurangnya stimulasi taktil dapat menimbulkan
penyimpangan perilaku sosial, emosional dan motorik.
Perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang diperlukan anak,
misalnya dengan bercakap-cakap, membelai, mencium, bermain dll.. Stimulasi ini akan
menimbulkan rasa aman dan rasa percaya diri pada anak, sehingga anak akan lebih
responsif terhadap lingkungannya dan lebih berkembang.
Pada anak yang lebih besar yang sudah mampu berjalan dan berbicara, akan
senang melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap lingkungannya. Motif ini dapat
diperkuat atau diperlemah oleh lingkungannya melalui sejumlah rekasi yang diberikan
terhapap perilaku anak tersebut. Misalnya anak akan belajar untuk mengetahui
perilaku mana yang membuat ibu senang/mendapat pujian dari ibu, dan perilaku mana
yang mendapat marah dari ibu. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang responsif
akan memperlihatkan perilaku eksploratif yang tinggi. Stimulasi verbal juga
dibutuhkan pada tahap perkembangan ini. Dengan penguasaan bahasa, anak akan
6
mengembangkan ide-idenya melalui pertanyaan-pertanyaan, yang selanjutnya akan
mempengaruhi perkembangan kognitifnya (kecerdasan).
Pada masa sekolah, perhatian anak mulai keluar dari lingkungan keluarganya,
perhatian mulai teralih ke teman sebayanya. Akan sangat menguntungkan apabila anak
mempunyai banyak kesempatan untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Melalui
sosialisasi anak akan memperoleh lebih banyak stimulasi sosial yang bermanfaat bagi
perkembangan sosial anak.
Pada saat ini di Indonesia telah dikembangkan program untuk anak-anak
prasekolah yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan anak sedini mungkin,
dengan menggunakan APE (alat permainan edukatif). APE adalah alat permainan yang
dapat mengoptimalkan perkembangan anak disesuaikan dengan usianya dan tingkat
perkembangannya, serta berguna untuk pengembangan aspek fisik (kegiatan-kegiatan
yang menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak), aspek bahasa (dengan
melatih berbicara, menggunakan kalimat yang benar), aspek kecerdasan (dengan
pengenalan suara, ukuran, bentuk, warna dll.), dan aspek sosial (khususnya dalam
hubungannya dengan interaksi antara ibu dan anak, keluarga, dan masyarakat).
Bermain, mengajak anak berbicara, dan kasih sayang adalah ’makanan’ yang
penting untuk perkembangan anak, seperti halnya kebutuhan makan untuk
pertumbuhan badan. Bermain bagi anak tidak sekedar mengisi waktu luang saja, tetapi
melalui bermain anak belajar mengendalikan dan mengkoordinasikan otot-ototnya,
melibatkan persaan, emosi, dan pikirannya. Sehingga dengan bermain anak mendapat
berbagai pengalaman hidup, selain itu bila dikakukan bersama orang tuanya hubungan
orang tua dan anak menjadi semakin akrab dan orang tua juga akan segera
mengetahui kalau terdapat gangguan perkembangan anak secara dini.
Buku bacaan anak juga penting karena akan menambah kemampuan
berbahasa, berkomunikasi, serta menambah wawasan terhadap lingkungannya.
Untuk perkembangan motorik serta pertumbuhan otot-otot tubuh diperlukan
stimulasi yang terarah dengan bermain, latihan-latihan atau olah raga. Anak perlu
diperkenalkan dengan olah raga sedini mungkin, misalnya melempar/menangkap bola,
melompat, main tali, naik sepeda dll).
7
Seorang ahli mengatakan bahwa prioritas untuk anak adalah makanan,
perawatan kesehatan, dan bermain. Makanan yang baik, pertumbuhan yang adekuat,
dan kesehatan yang terpelihara adalah penting, tetapi perkembangan intelektual juga
diperlukan. Bermain merupakan ”sekolah” yang berharga bagi anak sehingga
perkembangan intelektualnya optimal.
Di bawah ini ada beberapa contoh alat permainan balita dan perkembangan
yang distimuli:
1. Pertumbuhan fisisk/motorik kasar:
Sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang ditarik atau didorong
2. Motorik halus:
Gunting, pensil, bola, balok, lilin.
3. Kecerdasan/kognitif:
Buku bergambar, buku cerita, puzzle, lego, boneka, pensil warna, radio.
4. Bahasa:
Buku bergambar, buku cerita, majalah, radio tape, TV
5. Menolong diri sendiri:
Gelas/piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki
6. Tingkah laku social:
Alat permainan yang dapat dipakai bersama, misalnya congklak, kotak pasir,
bola, tali.

6. Stimulasi perkembangan anak
Stimulasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk merangsang kemampuan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan oleh setiap orang yang berinteraksi dengan anak, mulai dari ibu, ayah, pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap.
Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah meliputi setiap aspek perkembangan, yaitu:
1. kemampuan motorik / gerak kasar
2. kemampuan motorik / gerak halus
3. kemampuan bicara dan bahasa, serta
4. kemampuan sosialisasi dan kemandirian
7. Prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak
Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.
2. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah laku orang-orang yang terdekat dengannya.
3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak, terhadap keempat aspek kemampuan dasar anak.
6. Gunakan alai bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar anak.
7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
8. Anak Selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.
Empat Aspek perkembangan yang Dipantau
1. Gerak kasar atau motorik kasar
adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
2. Gerak halus atau motorik halus
adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjumput, menulis, dan sebagainya.
3. Kemampuan bicara dan bahasa
adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya

8. Ciri alat permainan untuk anak di bawah 5 tahun
CIRI ALAT PERMAINAN UNTUK ANAK DIBAWAH USIA 5 TAHUN
0 – 12 bulan
Tujuan:
- Melatih refleks-refleks (untuk anak berumur 1 bulan), misalnya mengisap,
menggenggam.
- Melatih kerja sama mata dengan tangan
- Melatih kerja sama mata dengan telinga
- Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan
- Melatih mengenal sumber asal suara
8
- Melatih kepekaan perabaan
- Melatih keterampilan dengan gerakan berulang-ulang
Alat permainan yang dianjurkan:
- Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang
- Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka
- Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang
- Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara
- Alat permainan berupa selimut dan boneka
- Giring-giring
12 – 24 bulan
Tujuan:
- Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara
- Memperkenalkan sumber suara
- Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik
- Melatih imajinasinya
- Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan
yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
- Genderang, bola denga giring-giring didalamnya
- Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik
- Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga (cangkir, piring, sendok,
botol plastik, ember dll.), balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku
bergambar, kertas-kertas untuk dicoret, krayon/pensil warna.
9
25 – 36 bulan
Tujuan:
- Menyalurkan emosi/perasaan anak
- Mengembangkan ketrampilan berbahasa
- Melatih motorik halus dan kasar
- Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan
membedakan warna)
- Melatih kerja sama mata dan tangan
- Melatih daya imajinasi
- Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda
Alat permainan yang dianjurkan:
- Lilin yang dapat dibentuk
- Alat-alat untuk menggambar
- Puzzle sederhana
- Manik-manik ukuran besar
- Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna berbeda
- Bola
36 – 72 bulan
Tujuan:
- Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan
- Mengembangkan kemampuan berbahasa
- Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi
- Merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara)
- Membedakan benda dengan perabaan
- Menumbuhkan sportivitas
- Mengembangkan kepercayaan diri
- Mengembang kreativitas
- Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari dll)
10
- Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar
- Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya
- Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misalnya
pengertian terapung dan tenggelam
- Mengenalkan suasana kompetisi, gotong royong
Alat permainan yang dianjurkan:
- Berbagai benda dari sekitar rumah, bulu bergambar, majalah anak-anak, alat
gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air
- Teman-teman bermain: anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah
9. Nutrisi untuk tumbuh kembang anak
Nutrisi sangat penting dalam tumbuh kembang anak selain kebutuhan sandang, papan, dan kesehatan, baik makronutrien (karbohidrat, lemak dan protein) maupun mikronutrien (vitamin dan mineral).

Demikian menurut DR. Damayanti R. Sjarif, SpA dalam seminar yang diadakan oleh Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermina, Sabtu (26/7).

Menurut Damayanti, dalam tumbuh kembang anak nutrisi memiliki dua peranan penting. Yaitu nutrisi bertanggung jawab untuk pertumbuhan fisik dan kematangan seksual dan diperlukan memenuhi kebutuhan energi yang dibutuhkan anak. "Dalan konteks kembang, menyiapkan otak sebagai hardware dalam proses pencerdasan," ujar Damayanti.

Fenomena yang berkembang akhir-akhir ini, orang tua bersaing untuk mencerdaskan anaknya dengan berusaha mendapatkan pendidikan yang berkualitas tinggi serta menjaga kesehatan tubuh anaknya. Akibatnya para orang tua menjadi panik dengan berlomba-lomba mempertinggi kualitas anaknya dengan memberikan bermacam jenis makanan dan berbagai produk suplemen yang ditawarkan.

Dalam urusan kesehatan anaknya, banyak orang tua yang salah kaprah. Mereka beranggapan anaknya tidak sehat gara-gara si buah hati tidak segemuk anak temannya atau saudara yang lain. Padahal untuk mendeteksi seorang anak kekurangan atau kelebihan zat gizi harus dilakukan dengan pemantauan secara menyeluruh. Walaupun tidak dipungkiri kebanyakan anak yang mengalami kekurangan gizi umumnya memiliki berat badan lebih ringan dan lebih pendek daripada yang berkecukupan gizi.

Evaluasi yang dianjurkan, menurut Damayanti, adalah sebulan sekali untuk tahun pertama, kemudian tiga bulan sekali sampai usia tiga tahun. Usia tiga hingga lima tahun enam bulan sekali, sementara selanjutnya cukup setahun sekali hingga masa pubertas. (Dhian N. Utami-Tempo News Room)
BAB V KESIMPULAN
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,jumlah, atau ukuran, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram) danukuran panjang (cm, meter), sedangkan perkembangan adalah bertambahnyakemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dari seluruh bagiantubuh sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk jugaperkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil berinteraksi denganlingkungannya.



Rabu, 01 Agustus 2012

bakteri

KLASIFIKASI MIKROORGANISME BAKTERI
Di ajukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran Biologi

Oleh :
Imroatul Mafruhah


KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami haturkan kepada Allah SWT. Karena atas berkah rahmatnya penulis dapat menyelesaikan tugas mata pelajaran biologi. Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas dari pengajar mata pelajaran biologi, penulis hampir putus asa dalam menyelesaikan tugas ini karena keterbatasan referensi yang tersedia, namun dengan jerih payah yang dilakukan, akhirnya makalah ini pun selesai tepat waktu. Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari dukungan dan kontribusi pihak pihak yang membantu penyelesaian makalah, maka penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Mela selaku pengajar mata pelajaran biologi yang telah memberikan petunjuk pembuatan makalah.
2. Ayah dan ibu yang telah mensupport kami dan memberikan kasih sayangnya hanya kepeada saya.
3. Teman temaan yang telah bersedia berdiskusi untuk menambah wawasan demi kayanya materi dalam materi biologi ini.
Akhirnya penulis menyadari pula adanya pepatah yang mengatakan bahwa tak ada gading yang tak retak, artinya dalam penulisan ini tentu tidak terlepas dari kesalahan, dan kesempurnaan hanya milik Allah sang maha pencipta. Maka penulis berharap kepada para pembaca kritik dan saran yang konstruktif senantiasa di harapkan. Semoga dengan hadirnya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat pula di pergunakan sebaik biknya.

Sumenep, 21 juli 2012

Penulis



DAFTAR ISI
Halaman judul……………………………………………………………………………………..1
Kata pengantar…………………………………………………………………………………….2
Daftar isi…………………………………………………………………………………………...3
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar belakang……………………………………………………………………………..4
1.2 Rumusan masalah…………………………………………………………………………4
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………..4
1.4 Manfaat……………………………………………………………………………………4
Bab II Pembahasan
2.1 Sejarah bakteri…………………………………………………………………………….5
2.2 Struktur sel bakteri………………………………………………………………………...5
2.3 Morfologi bakteri………………………………………………………………………….9
2.4 Alat gerak bakteri………………………………………………………………………...10
2.5 Habitat bakteri……………………………………………………………………………11
2.6 Klasifikasi utama bakteri (berdasarkan fenotip)…………………………………………12
2.7 Klasifikasi penggolongan bakteri………………………………………………………..16
2.8 Klasifikasi bakteri menurut Bergey ( edisi ke-7)………………………………………...18
2.9 Kelompok utama bakteri berdasarkan Bergey’s manual edisi ke-8……………………...42
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………50
3.2 Saran……………………………………………………………………………………..50
Daftar pustaka……………………………………………………………………………………51



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bakteri, berasal dari bahasa latin yaitu bacterium (jamak, bacteria) adalah organism yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain. Mereka sangatlah kecil dan kebanyakan bersel tunggal, dengan struktur sel yang relative sederhana tanpa inti sel (nukleus), cytoskeleton dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas, dan bakteri juga termasuk kelompok prokariot karena bakteri tidak memiliki membrane inti sel.
Bakteri memiliki bentuk tubuh yang berbeda-beda, ada yang berbentuk bulat, batang, silinder, lengkung, dengan ukuran yang berbeda-beda pula, kebanyakan dari mereka kecil, biasanya berukuran 0,5-5 um, meski ada jenis yang menjangkau 0,3 mm dalam diameter (thiomargarita). Disetiap dinding selnya mengandung peptidoglikan. oleh karena itu, bakteri hidup di lingkungan yang berbeda daripada makhluk lainnya, seperti di air panas dan kawah.

1.2 Rumusan masalah
Dari uraian latar belakang diatas, penulis mencoba merumuskan :
Bagaimana morfologi dan klasifikasi pada bakteri ?

1.3 Tujuan
a. Untuk memenuhi tugas mata pelajaran biologi.
b. Untuk mengetahui tentang seluk beluk bakteri.
c. Sebagai tambahan mata pelajaran biologi.

1.4 Manfaat
Dapat mengetahui tentang seluk beluk bakteri dan dapat menambah ilmu tentang mata pelajaran biologi khususnya bakteri.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah bakteri
Pertama kali, bakteri ditemukan oleh Anthony Van Leeuwenhoek pada tahun 1674 dengan menggunakan mikroskop buatannya sendiri, dan istilah bacterium pertama kali di perkenalkan oleh Ehrenberg pada tahun 1828 yang diambil dari kata Yunani yaitu βακτηριον yang memiliki arti "small stick".

2.2 Struktur bakteri
Struktur sel bakteri dibedakan menjadi 2, yatu :
a. Struktur dasar, dimana struktur ini hamper dimiliki oleh semua bakteri, yang meliputi : dinding sel, membrane plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula penyimpanan.
b. Struktur tambahan, dimana struktur ini dimiliki oleh jenis bakteri tertentu, yang meliputi : kapsul, flagellum, pilot, fimbria, klorosom, vakuola gas dan endospora.

Struktur dasar bakteri :
1. Dinding sel tersusun dari peptidoglikan yaitu gabungan protein dan polisakarida (ketebalan peptidoglikan membagi bakteri menjadi bakteri gram positif bila peptidoglikannya tebal dan bakteri gram negatif bila peptidoglikannya tipis).
2. Membran plasma adalah membran yang menyelubungi sitoplasma tersusun atas lapisan fosfolipid dan protein.

3. Sitoplasma adalah cairan sel.
4. Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma, tersusun atas protein dan RNA.
5. Granula penyimpanan, karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang dibutuhkan.

Struktur tambahan bakteri :
1. Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada jenis bakteri tertentu, bila lapisannya tebal disebut kapsul dan bila lapisannya tipis disebut lapisan lendir. Kapsul dan lapisan lendir tersusun atas polisakarida dan air.
2. Flagelum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral yang menonjol dari dinding sel.

3. Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol dari dinding sel, pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter lebih kecil dan tersusun dari protein dan hanya terdapat pada bakteri gram negatif. Fimbria adalah struktur sejenis pilus tetapi lebih pendek daripada pilus.

4. Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan mengandung pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis. Klorosom hanya terdapat pada bakteri yang melakukan fotosintesis.
5. Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis.
6. Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri gram positif dan terbentuk didalam sel bakteri jika kondisi tidak menguntungkan bagi kehidupan bakteri. Endospora mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom. Dinding endospora yang tebal tersusun atas protein dan menyebabkan endospora tahan terhadap kekeringan, radiasi cahaya, suhu tinggi dan zat kimia. Jika kondisi lingkungan menguntungkan endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri baru.










2.3 Morfologi bakteri

Gb. Berbagai bentuk tubuh bakteri
Berdasarkan berntuknya, bakteri dibagi menjadi
tiga golongan besar, yaitu:
• Kokus (Coccus) dalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola, dan mempunyai beberapa variasi sebagai berikut:
o Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
o Diplococcus, jka bergandanya dua-dua
o Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujursangkar
o Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
o Staphylococcus, jika bergerombol
o Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai
• Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan mempunyai variasi sebagai berikut:
o Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
o Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai
• Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai berikut:
o Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran
o Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran
Bentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium dan usia. Oleh karena itu untuk membandingkan bentuk serta ukuran bakteri, kondisinya harus sama. Pada umumnya bakteri yang usianya lebih muda ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah tua.

2.4 Alat gerak bakteri
Alat gerak bakteri berupa flagellum (bulu cambuk) adalah struktur berbentuk batang atau spiral yang menonjol dari dinding sel. Drngan adanya flagellum tersebut bakteri dapat memilih kehidupannya sendiri, apakah bakteri akan hidup di lingkungan yang menguntungkan atau tidak.
Jumlah dan posisi flagellum pada bakteri :
a. Motorik : bila hanya berjumlah satu
b. Lofotrik : bila banyak flagellum di satu sisi
c. Amfitrik : bila banyak flagellum di kedua ujung
d. Peritrik : bila tersebar di seluruh permukaan sel bakteri.




2.5 Habitat bakteri
Bakteri merupakan mikroorganisme ubikuotus, yang berarti melimpah banyak dan terdapat di berbagai tempat. Habitatnya sangat beragam; lingkungan perairan, tanah, udara, permukaan daun, dan bahkan dapat ditemukan di dalam organisme hidup. Diperkirakan total jumlah sel mikroorganisme yang mendiami muka bumi ini adalah 5x1030.
Beberapa kelompok mikroorganisme ini mampu hidup di lingkungan yang tidak memungkinkan organisme lain untuk hidup. Kondisi lingkungan yang ekstrim ini menuntut adanya toleransi, mekanisme metabolisme, dan daya tahan sel yang unik. Sebagai contoh, Thermus aquatiqus merupakan salah satu jenis bakteri yang hidup pada sumber air panas dengan kisaran suhu 60-80 oC. Tidak hanya di lingkungan bersuhu tinggi, bakteri juga dapat ditemukan pada lingkungan dengan suhu yang sangat dingin. Pseudomonas extremaustralis ditemukan pada Antartika dengan suhu di bawah 0 oC. Di samping pengaruh ekstrim temperatur, bakteri juga dapat hidup pada berbagai lingkungan lain yang hampir tidak memungkinkan adanya kehidupan (lingkungan steril). Halobacterium salinarum dan Halococcus sp. adalah contoh dari bakteri yang dapat hidup pada kondisi garam (NaCl) yang sangat tinggi (15-30%).Tedapat pula beberapa jenis bakteri yang mampu hidup pada kadar gula tinggi (kelompok osmofil), kadar air rendah (kelompok xerofil), derajat keasaman pH sangat tinggi, dan rendah.






2.6 Klasifikasi utama bakteri (berdasarkan fenotip)
Empat kelompok utama bakteri (berdasarkan fenotipik) menurut Bergey’s
Manual determinative of Bacteriology digambarkan secara singkat, dilanjutkan
dengan daftar sifat-sifat yang sering digunakan untuk membedakan beberapa dari
kelompok tersebut.
Kelompok I. Eubakteria Gram-negatif Yang Memiliki Dinding Sel
Kelompok ini merupakan prokariot yang memiliki suatu profil dinding sel
(tipe Gram-negatif) kompleks yang terdiri dari satu membran luar dan satu membran
dalam, lapisan peptidoglikan yang tipis (yang mengandung asam muramat yang
terdapat pada semua peptidoglikan tapi sejumlah organisme tidak memiliki bagian
ini pada dinding selnya). Dan suatu variabel pelengkap dari komponen lain di luar
atau di antara lapisan ini. Kelompok ini biasanya bersifat Gram-negatif. Bentuk sel
berupa bola, oval, batang lurus atau melengkung, memutar,atau filamen; beberapa
bentuk tersebut dapat berselubung atau berkapsul. Reproduksi dengan cara
pembelahan biner tetapi beberapa kelompok terlihat membentuk tunas, dan suatu
kelompok jarang memperlihatkan pembelahan multipel. Fruiting body (kumpulan sel
dan lendir) dan miksospora dapat dibentuk oleh Miksobacteria. Gerakan berenang,
meluncur, dan gerak tanpa berpindah tempat biasanya teramati. Anggota divisi
mungkin bakteri fototropik atau nonfototrof (di antara litotropik dan heterotropik),
dan termasuk aerobik, fakultatif anaerobik, dan spesies mikroaerofilik; beberapa
anggota merupakan parasit intraseluler obligat.
Kelompok II. Eubakteria Gram-positif yang Memiliki Dinding Sel
Kelompok ini merupakan prokariot dengan profil dinding sel tipe Grampositif;
umumnya berreaksi terhadap pewarnaan Gram, tetapi tidak selalu positif. Sel
berbentuk bola, batang, atau filamen; batang dan filamen mungkin tidak bercabang,
tetapi beberapa memperlihatkan adanya percabangan. Reproduksi seluler umumnya
dengan pembelahan binner; beberapa menghasilkan spora sebagai bentuk istirahat
(endospora atau spora pada hifa). Kelompok ini umumnya tidak berfotosintesis,
melakukan kemosisntesis, heterotrof dan termasuk aerobik, anaerobik, fakultatif
anaerobik, dan spesies mikroaerofilik. Anggota divisi ini termasuk bakteri
asporogenous sederhana dan bakteri sporogenous, juga actinomycetes dan yang
berhubungan.
Kelompok III. Eubakteria Tanpa Dinding Sel
Kelompok ini merupakan prokariot yang tidak memiliki dinding sel (biasa
disebut Mycoplasma dan termasuk kelas Mollicutes) dan tidak mensintesis bahan
baku (prekursor) peptidoglikan. Sel dilindungi oleh suatu unit membran, membran
plasma. Sel sangat pleomorfik, dengan ukuran mulai dari yang besar, mampu
merusak vesikula sampai ke yang sangat kecil (0.2 (m), elemen yang dapat tersaring.
Bentuk filamen biasa ditemukan dengan penonjolan-penonjolan percabangan.
Reproduksi dapat dengan pertunasan, fragmentasi, dan/atau pembelahan biner.
Beberapa kelompok memperlihatkan suatu derajat keteraturan bentuk yang
semestinya terhadap penempatan struktur internal.. Biasanya tidak bergerak, tetapi
beberapa spesies memperlihatkan suatu pergerakan meluncur. Bentuk istirahat tidak
diketahui. Sel berwarna Gram-negatif. Sebagian besar membutuhkan media yang
kompleks untuk pertumbuhannya (tekanan-osmotik-tinggi yang mengelilinginya)
dan memelihara diri dengan menembus permukaan media padat dengan cara
membentuk sifat khusus koloni berupa “Fried egg” (telur goreng mata sapi).
Organisme terlihat dengan mata telanjang, bentuk-L dapat dihasilkan oleh beberapa
spesies bakteri (khususnya eubakteria Gram-positif), tetapi perbedaannya pada
mycoplasma tidak mampu membuat dinding sel. Sebagian besar spesies selanjutnya
dibedakan oleh kebutuhan akan kolesterol dan asam lemak rantai-panjang untuk
pertumbuhannya; kolesterol takteresterifikasi merupakan komponen khusus pada
membran di antara spesies yang membutuhkan dan tidak membutuhkan sterol, jika
terdapat dalam medium. Kandungan guanin dan sitosin dalam RNA ribosom adalah
43-48 mol% (lebih rendah dari yang terkandung dalam dinding eubakteria Gram negative dan Gram-positif , 50-54 mol%); kandungan guanin dan sitosin pada DNA
juga lebih rendah, 23-46 mol%, dan ukuran genom Mycoplasma lebih kecil dari
prokariot lain, 0.5-1.0 x 109 Dalton. Mycoplasma dapat bersifat saprofit, parasit, atau
patogenik, dan patogen penyebab penyakit pada hewan, tumbuhan, dan kultur
jaringan.

Kelompok IV. Archaebakteria
Archaebakteria merupakan mikroba utama dalam lingkungan terrestrial dan
akuatik, hidup dalam lingkungan anaerobik, dalam kadar garam tinggi, atau air
panas, dan dalam lingkungan yang terkena panas bumi; serta beberapa terdapat
sebagai simbion saluran pencernaan hewan. Kelompok yang termasuk aerob,
anaerob, dan fakultatif aerob yang tumbuh secara kemolitoautotrofik, organotrofik.
Archaebakteria dapat bersifat mesofil atau termofil, bahkan beberapa spesies dapat
tumbuh pada suhu di atas 100 derajat.
Suatu gambaran khusus biokimia archaebakteria yaitu adanya gliserol
isopranil ether lipid. Tidak ada murein ( asam muramat terkandung dalam
peptidoglikan) pada dinding sel membuat archaebakteria tidak sensitif terhadap
antibiotika beta-laktam. “Common arm” (berhubungan dengan lengan) tRNA
mengandung pseudouridin atau 1-metilpseudouridin sebagai pengganti ribotimidin.
Urutan rRNA 5S, 16S, dan 23S sangat berbeda dari yang ada dalam eubakteria dan
eukariot.
Archaebakteria memberikan beberapa gambaran molekuler seperti pada
eukariot:;
a). Elongation Factor 2 (EF-2) mengandung asam amino diftamid dan oleh karena itu
dapat terjadi ribosilasi-ADP oleh toksin diphteria,
b). Urutan asam amino protein “A” ribosom menunjukkan urutan yang bersifat
homolog dengan protein eukariotik (L7/L12),
c). Methionin yang mengawali tRNA tidak mengandung formil,
d). Beberapa gen tRNA mengandung intron ,
e). Cabang aminoasil tRNA inisiator diakhiri dengan pasangan basa “AU,”,
f). DNA-dependent RNA polimerase merupakan enzim multikomponen dan tidak
sensitif terhadap antibiotika rifampisin dan streptolidigin,
g). Seperti (-DNA polimerase pada eukariot, replikasi DNA polimerase
archaebakteria tidak dihambat oleh aphidikolin atau butilfenil-dGTP, dan
h). Sintesis protein dihambat oleh anisomisin tetapi tidak oleh kloramfenikol.
Archaebakteria autotrof tidak mengasimilasi CO2 melalui siklus Calvin. Pada
Methanobacterium, CO2 difiksasi melalui suatu jalur asetil-CoA, tetapi Acidianus
dan Thermoproteus, bersifat aututrof CO2 difiksasi melalui jarul asam trikarboksilat
reduktif. Fiksasi N2 hanya diperlihatkan oleh beberapa methanogen.
Hasil pewarnaan Gram dapat positif atau negatif karena tipe pembungkus sel
sangat berbeda. Spesies Gram-positif memiliki pseudomurein, metanokondroitin, dan
heteropolisakarida dinding sel; sel Gram-negatif memiliki glikoprotein pada lapisan
permukaan. Sel memiliki keragaman bentuk, termasuk berbentuk bola, spiral, pelat
atau bentuk batang; unisel; multisel bentuk dalam filamen atau berupa kumpulan.
Diameter sel individu 0.1- >15 m, dan panjang filamen dapat mencapai 200 m.
Perbanyakan melalui pembelahan biner, pertunasan, penyempitan, fragmentasi, atau
mekanisme lain. Warna massa sel dapat biru, ungu, pink, oranye-coklat, kuning,
hijau, hitam kehijauan, abu-abu dan putih.
Kelompok utama archebakteria termasuk;
a) archebakteria methanogenik,
b) archeabakteria pereduksi sulfat ,
c) archaebakteria halofilik ekstrim,
d) archaebakteria tanpa dinding sel, dan
e) termofilik ekstrim “So-metabolizer.”














2.7 Klasifikasi penggolongan bakteri
Klasifikasi bakteri dapat dilihat dari beberapa penggolongan. Diantaranya klasifikasi bakteri berdasarkan bentuk tubuh, klasifikasi bakteri berdasarkan flagela, dan terakhir klasifikasi bakteri berdasarkan pewarnaan gram. Berikut uraian masing-masing menganai klasifikasi bakteri.
a. Penggolongan bakteri Berdasarkan bentuk tubuhnya
1. bakteri Kokus (bulat)
a) Streptokokus, misalnya Streptococcus pyrogenes, S.thermophillus, S.lactis.
b) Stafilokokus, misalnya Staphylococcus aureus.
c) Diplokokus, misalnya Diplococcus pnemoniae
2. bakteri Basil (batang)
a) Basilus, misalnya Eschericcia coli, Salmonella thypi, Lactobacillus.
b) Streptobasil, misalnya Azotobacter, Bacillus anthracis.
3. bakteri Vibrio (koma)
Vibrio, misalnya Vibrio cholerae.
4. bakteri Spirillum (spiral)
Spirillum, misalnya Treponema pallidum.
b. Berdasarkan kedudukan flagela pada selnya
1) Monotrik
Monotrik, berflagel satu pada salah satu ujung.


2) Amfitrik
Amfitrik, flagel masing-masing satu pada kedua ujung.
3) Lofotrik
Lofotrik, berflagel banyak di satu ujung.
4) Peritrik
Peritrik, berflagel banyak pada semua sisi tubuh.
c. Berdasarkan pewarnaan Gram (Gram strain)
1) Bakteri gram-positif
Bakteri gram-positif, dinding sel lebih sederhana, banyak mengandung peptidoglikan. Misalnya Micrococcus, Staphylococcus,
Leuconostoc, Pediococcus dan Aerococcus.
2) Bakteri gram-negatif
Bakteri gram-negatif, dinding sel lebih kompleks, peptidoglikan lebih sedikit. Misalnya Escherichia, Citrobacter, Salmonella, Shigella, Enterobacter, Vibrio, Aeromonas, Photobacterium, Chromabacterium, Flavobacterium.
d. Berdasarkan kebutuhan oksigen
1) Bakteri aerob
Bakteri aerob, bakteri yang membutuhkan oksigen bebas untuk mendapatkan energi, misalnya Nitrosomonas, Nitrobacter,
Nitrosococcus.
2) Bakteri anaerob
Bakteri anaerob, tidak membutuhkan oksigen bebas untuk mendapatkan energi, misalnya Micrococcus denitrificans.
e. Berdasarkan cara memperoleh makanan (bahan organik)
1) Autotrop
Autotrop, menyusun makanan sendiri dari bahan-bahan anorganik. Bakteri autotrop, berdasarkan sumber energinya dibedakan atas: fotoautotrop (sumber energi dari cahaya) dan kemoautotrop (sumber energi dari hasil reaksi kimia).
2) Heterotrop
Heterotrop, tidak menyusun makanan sendiri, memanfaatkan bahan organik jadi yang berasal dari organisme lain. Termasuk bakteri heterotrop adalah bakteri saprofit, yaitu bakteri yang mendapat makanan dengan menguraikan sisa-sisa organisme.

2.8 KLASIFIKASI BAKTERI MENURUT BERGEY (edisi ke-7)
 Dunia tumbuhan dibagi atas 5 divisi (phylum), yaitu :
Divisi I – Protophyta
Divisi II – Thallophyta
Divisi III – Bryophyta
Divisi IV – Pteridophyta
Divisi V – Spermatophyta


 Divisi I Protophyta dibagi atas 3 klas, yaitu :
Klas I – Schizophyceae (ganggang biru)
Klas II – Schizomycetes ( bakteri dan bentuk-bentuk yang serupa)
Klas III – Microtatobiotes ( rickettsia dan virus)
 Selanjutnya klas Schizomycetes dibagi ats 10 ordo, yaitu :
SIFAT-SIFAT KLAS SCHIZOMYCETES
Klas ini terdiri atas tumbuhan bersel satu. Sel-sel itu kecil benar, kadang-kadang tak tampak dengan mikroskop biasa, ada yang dapat bergerak, ada yang tidak. Tidak jelas adanya inti (eukaryon) seperti yang biasa terdapat pada tanaman tinggi, yang sering terdapat ialah benda-benda yang mengandung kromatin, yaitu bahan kromosom. Inti yang sederhana itu disebut Prokaryon, kromosom yang terkandung didalamnya berupa suatu utas yang melingkar seperti suatu kolong, tidak mempunyai pasangan, sehingga Schizomycetes itu dapat disebut makhluk-makhluk yang haploid.
Sel-sel ada yang berbentuk seperti bola-bola kecil, ada yang berpa tongkat-tongkat, ada yang bengkok serupa koma, ada pula yang spiral. Sel-sel ada yang hidup sendiri-sendiri, ada yang berkelompok, ada pula yang hidup di dalam kista. Kelompok itu ada yang merupakan bentuk beraturan, ada pula yang tidak beraturan. Ada yang bergandengan merupakan rantai lurus, ada pula yang bercabang menghasilkan sel-sel pembiak yang dapat bergerak ataupun tidak bergerak. Ada spesies yang mempunyai pigmen, dan ada pula yang tanpa pigmen. Pigmen itu ada yang mempunyai fungsi seperti klorofil pada tanaman tinggi, yaitu un tuk menyelenggarakan fotosintesis.
Pembiakan dilakukan secara vegetatif dengan pembelahan diri, sedang beberapa spesies membentuk endospora untuk mengatasi pengaruh buruk dari lingkungan. Myxobacteriales menghasilkan sporokista, sedang pada Borrelomycetaceae terdapat tubuh-tubuh kecil yang berguna sebagai alat pembiak. Bakteri ada yang hidup bebas, autrotof, ada pula yang hidup sebagai saprobe, sebagai parasit dan ada pula yang pathogen.
Ordo I – Pseudomonadales
Sel serupa bola, batang lurus atau bengkok, atau spiral. Kadang-kadang bergandengan. Boleh berppigmen kemerahan atau hijau. Tidak dalam trikoma (bentuk benang). Biasanya bergerak dengan flagel yang terminal, kadang tidak bergerak.
 Dari ordo I pseudomonadeles di perkenalkan family thioehodaceace :
Sel dapat berupa bola, serupa telur, serupa batang pendek atau panjang, lurus atau melengkung, atau seperti spiral. Berwarna agak ungu kemerahan sampai merah karena mempunyai bakterioklorofil dan karotinoida. Habitat tempat-tempat terang dan ada sulfida. Beberapa genus dari famili ini ialah:
• Thiocystis dengan 2 spesies, bentuk kokus tunggal atau dua-dua, menghasilkan belerang
• Thiospirrillum dengan 5 spesies, bentuk serupa spiral, flagel pada ujung. Menghasilkan butir-butir belerang.
1. Famili Athiorhodaceae
Sel dapat berupa kokus, basil pendek atau panjang, vibrio, atau spiral. Gram negatif. Flagel pada ujung. Warna kemerahan, ada bakterioklorofil. Tidak menghasilkan belerang.
Spesies-spesies dari famili ini lebih suka hidup di tempat-tempat yang ada cahaya. Mereka kehilangan warna merah jika berada dalam tempat gelap, dan mereka bergerak menuju ke tempat yang cukup terang bagi mereka (fototropisme).
Beberapa genus yang terkenal dari famili ini adalah:
• Rhodopseudomonas dengan 4 spesies, bentuk kokus atau basil
• Rhodospirillum dengan 4 spesies, berbentuk spiral, diameter antara 0,5 sampai 1,5 µ, sedang panjangnya 20 sampai 50 µ. Ukuran mengenai besar kecilnya maupun banyak sedikitnya lengkungan bergantung kepada usia bakteri. Pigmen yang biasanya disebut bakteriopurpurin itu ternyata terdiri atas dua bagian, yang pertama berupa bakterioklorofil yang memegang peranan dalam fotosintesis, sedang bagian kedua berupa pigmen yang berwarna merah yang belum kita ketahui fungsinya. Telah terbukti, bahwa sinar merah dan infra merah lebih menguntungkan bagi kegiatan bakteri ini daripada sinar-sinar lain yang bergelombang lebih pendek.
2. Famili Chlorabacteriaceae
Sel berupa batang, berwarna hijau. Mengadakan fotosintesis jika ada hidrogen sulfida. Genus yang terkenal ialah Chlorobium dengan 2 spesies, basil, anaerob, dapat menghasilkan belerang, tetapi tidak untuk disimpan di dalam sel.
3. Famili Nitrobacteriaceae
Kokus, basil atau spiral. Flagel tidak selalu ada. Gram negatif. Merupakan pembentuk nitrit atau nitrat. Tanpa endospora. Habitat tanah dan air tawar. Genus yang terkenal sebagai penyusun nitrit adalah:
• Nitrosomonas, sel-sel bulat panjang, hidup bebas.
• Nitrosoccccus, bentuk serupa bola, penghuni tanah, hidup bebas.
• Nitrosocystis, sel-sel berkelompok dan dipersatukan oleh suatu selaput.
• Nitrosogloea, sel-sel berkelompok dalam lendir.
• Nitrosospira, sel serupa spiral, hidup bebas.
Genus yang terkenal sebagai penyusun nitrat ialah:
• Nitrobacter, sel serupa batang-batang kecil, tidak berkelompok.
• Nitrocystis, basil-basil kecil yang berkelompok.
4. Famili Methanomonadaceae
Sel serupa batang, ada yang berflagel. Gram negatif. Autotrof. Habitat tanah dan air rawa-rawa. Genus yang terkenal dari famili ini adalah:
• Methanomonas; genus ini dapat mengoksidasi metan.
• Hydrogenomonas; genus ini dapat mengoksidasikan hidrogen.
5. Famili Thiobacteriaceae
Sel berupa kokus, basil atau vibrio. Mengokidasikan belerang. Tidak berwarna. Habitat tempat-tempat yang mengandung hidrogen sulfida. Genus yang terkenal ialah:
• Thiospira, berupa spiral yang panjangnya sampai 50µ.
• Thiobacillus dengan 9 spesies, terkenal sebagai bakteri denitrifikan.
• Thiobacillus thiooxidans, autotrof, dapat mengoksidasikan belerang dan sulfat belerang menjadi asam belerang. Dengan hidup dalam lingkungan yang pH-nya kurang daripada 1, sedang pH yang optimum ialah antara 2 sampai 3,5.
6. Famili Psseudomonadaceae
Sel berupa batang lurus, kadang-kadang serupa bola. Bergerak dengan flagel yang terdapat pada ujung. Jumlah flagel satu atau lebih. Beberapa spesies tidak bergerak. Gram positif. Habitat tanah atau air tawar dan air laut. Banyak spesies hidup sebagai parasit pada tanaman, tidak begitu banyak pada hewan. Genus yang banyak dikenal adalah:
• Pseudomonas dengan 149 spesies dan 11 spesies tambahan, berpigmen hijau muda atau hijau tua. Pigmen meresap ke dalam medium. Biasanya penghuni tanah atau air. Pseudomonas aeruginosa kadang-kadang kedapatan di dalam luka pada hewan atau manusia. Bakteri ini menyebabkan timbulnya nanah yang kebiru-biruan. Beberapa spesies yang lain menyebabkan penyakit pada tanaman.
• Xanthomonas dengan 60 spesies dan 3 spesies tambahan. Banyak di antara spesies-speseies ini hidup sebagai parasit pada tanaman.
• Acetobacter dengan 7 spesies, penghasil asam cuka.
• Photobacterium dengan 4 spesies, saproba pada ikan, daging yang sudah busuk; menghasilkan cahaya.
• Halobacterium, suka tumbuh di tempat-tempat yang kadar garam dapurnya tinggi.
7. Famili Caulobacteraceae
Sel berupa batang, lurus atau bengkok. Dalam fase mengembara, sel-sel mempunyai flagel. Dalam fase diam, sel-sel bertangkai. Tangkai melekat pada suatu substrat. Gram negatif. Pembiakan secara tranversal. Habitat air tawar dan air laut. Genus yang banyak dikenal ialah:
• Caulobacter, sel yang muda mengembara, flagel monotorik. Sel dewasa melekat pada suatu tanaman di dalam air dengan suatu tangkai.
• Gallionella dengan 5 spesies, sel serupa gerinjal, tangkai berbelit-belit. Penimbun oksida besi. Gallionella ferruginea banyak kedapatan di perairan.

8. Famili Siderocapsaceae
Sel serupa bola, bulat-panjang, atau serupa batang. Berkelompok dalam lendir yang mengandung besi atau mangan. Banyak bakteri besi masuk dalam famili ini. Genus yang terkenal ialah:
• Siderocapsa, penghuni air tawar.
• Siderococcus, sel berbentuk bola.
• Siderobacter, bentuk sel serupa batang.
9. Famili Spirillacea
Sel bengkok, flagel kebanyakan monotrik. Habitat perairan atau sebagai parasit, patogen pada hewan dan manusia. Genus yang banyak dikenal ialah:
• Vibrio dengan 37 spesies. Saproba, parasit atau patogen. Vibrio comma dengan flagel yang monotrik adalah penyebab penyakit cholera asiatica.
• Desulfovibrio dengan 3 spesies. Pleomorfik, anaerob. Desulfovibrio desulfiricans terkenal sebagai bakteri denitrifikan.
• Methanobacterium, anaerob, autotrof atau heterotrof, menghasilkan gas metan .
• Cellvibrio dengan 4 spesies, pengurai selulosa.
• Cellofalcicula dengan 3 spesies; sel bengkok dan meruncing pada kedua ujung. Penghuni tanah, pengurai selulosa.
• Spirillum dengan 9 spesies, lofotrik, aerob, saproba atau patogen. Spirillum volutans adalah bakteri yang paling besar di antara spiril; mengandung butir-butir volutin dalam sitoplasma. Spirillum minus dapat menimbulkan penyakit yang disebut ‘demam akibat gigitan tikus’.
Ordo II – Chlamydobacteriales
Sel-sel dalam trikoma yang kerap kali berselubung. Kadang-kadang menghasilkan spora kembar atau spora diam. Selubung dapat berisi hidroksida besi, dan trikoma dapat melekat pada sustarct.
Dari Ordo II Chlamydobacteriales Diperkenalkan:
Famili Chlamydobacteriaceae
Sel-sel merupakan trikoma yang berselubung. Trikoma tanpa cabang atau dengan cabang semu. Selubung berisi besi atau mangan. Kebanyakan menetap pada suatu substrat tanpa tangkai. Habitat air tawar; beberapa spesies terdapat juga di laut. Genus yang banyak dikenal ialah:
• Sphaerotilus dengan 3 spesies, trikoma dengan percabangan semu. Selubung dapat mengandung besi. Penghuni air tawar. Berbiak dengan konidia. Konidia dihasilkan oleh ujung trikoma. Setelah lepas dari selubung, konidia mengembara dengan flagel sampai mendapatkan substrat baru.
• Leptothrix dengan 12 species; trikoma silindris, selubung dapat mengandung besi atau mangan. Penghuni air tawar.
1. Famili Crenotrichaceae
Trikoma menempel pada substrat. Selubung tipis. Tidak bercabang atau dengan cabang semu. Selubung dapat mengandung besi atau mangan. Habitat air tawar dan air laut. Genus yang terkenal ialah:
- Crenothrix; ujung trikoma membesar. Sel-sel bulat panjang sampai silindris. Terdapat di persediaan-persediaan air.
- Clonothrix; trikoma meruncing pada ujung. Ujung trikoma menghasilkan konidia.

Ordo III – Hypomicrobiales (ordo baru, 1953)
Sel berbiak dengan tunas. Dapat melekat pada substrat dengan tangkai. Satu genus mempunyai pigmen untuk foto sintesis ( Rhodomicrobium). Terdiri atas :
a. Famili Hyphomicrobiaceae
Sel serupa benang-benang yang berhubung-hubungan. Ujung benang menghasilkan sel-sel baru yang mengembara. Gram negatif. Habitat air tawar, lumpur-lumpur kubangan. Genus yang terkenal ialah:
- Hyphomicrobium, heterotrof, terdapat sebagai penghuni tanah dan perairan.
- Rhodomicrobium, tidak bergerak, koloni berwarna jingga.
b. Famili Pasteuriaceae
1. Sel serupa buah apokat atau jambu, bertangkai; pembiakan dengan tunas atau dengan pembelahan diri secara memanjang ; famili ini masih perlu penelitian lebih lanjut. Genus yang terkenal ialah Pasteuria, sel serupa batang, merupakan rumpun, tidak berwarna, parasit pada Crustacea.
Ordo IV – Eubacteriales
Sel serupa bola atau batang. Tidak dalam trikoma, meskipun dapat bergandengan.
1. Famili I. Azotobacteriaceae
Sel serupa batang, bola atau telur. Tak mempunyai endospora. Gram negatif. Aerob. Dapat mengikat N2 bebas. Habitat tanah.
Genus yang terkenal ialah Azotobacter dengan 3 spesies, penting dalam penyuburan tanah. Azotobacter chroococcum; aerob, hidup bebas dalam tanah, terkenal sebagai pengikat N2, terdapat di mana-mana.
2. Famili II. Rhizobiaceae
Basil, tidak berspora. Flagel peritrik; beberapa spesies tidak bergerak. Gram negatif. Aerob,simbion atau pathogen.
Genus yang terkenal ialah:
- Rhizobium dengan 6 spesies. Pengikat N2, bersimbiosis dengan akar kacang-kacangan, missal Rhizobium leguminosarum.
- Agrobacterium dengan 7 spesies. Beberapa di antaranya Merupakan pathogen pada tanam-tanaman, missal Agrobacteriu tumefaciens menyebabkan kutil – kutil pada tumbuhan.
- Chromobacterium dengan 4 spesies, penghuni tanah dan air, menghasilkan warna ungu.
3. Famili III. Achromobacteria
Basil, tidak pleomorfik. Bergerak atau diam. Gram negative. Zat warna tidak dilepas ke dalam medium.
Genus yang terkenal ialah :
• Alcaligenes dengan 6 spesies. Berpigmen kuning, saprobe dalam usus vertebrata, air susu Alcaligenes viscolactis menyebabkan timbulnya benang-benang pada usus.
• Flavobacterium dengan 26 spesies, pigmen kuning, jingga atau merah. terdapat didalam tanah dan air. Pigmen tidak meresap kedalam medium.
• Agarbacterium dengan 12 spesies, terdapat dalam tanah, air tawar, dan pada ganggang laut yang telah membusuk.
• Beneckea dengan 6 spesies, dapat mencernakan kitin.

4. Famili IV. Enterobacteriaceae
Basil, bergerak dengan flagel yang peritrik atau tidak bergerak. Gram negative. Menguraikan glukosa dengan menghasilkan gas.
Genus yang terkenal ialah :
• Escherichia dengan 4 spesies, ada yang berwarna, ada yang tidak. Saprobe, Escherichia coli terkenal sebagai penghuni kolon (usul tebal).
• Aerobacter dengan 2 spesies, saproba dalam usus vertebrata atau hidup bebas di alam. Aerobacter aerogenes terdapat sebagai saprobe dalam usus.
• Klebsiella dengan 3 spesies, saproba atau pathogen pada hewan dan manusia. Klebsiella pneumonia kedapatan pada alat-alat pernapasan.
• Erwinia dengan 17 spesies, saprobe atau pathogen pada tanam-tanaman. Erwinia amylovora terkenal sebagai penyebab penyakit “bonyok” pada buah-buahan.
• Serratia dengan 5 spesies, ada pigmen merah, saprobe, ada juga yang tidak berwarna. Serratia marcescens terdapat di mana – mana.
• Proteus dengan 5 spesies, saprobe atau patogen. Proteus vulgaris bisa kedapatan dalam makanan yang sudah basi.
• Salmonella dengan 10 spesies, patogen. S. typhosa menyebabkan penyakit tipus perut (typhus abdominalis). Klasifikasi Salmonella lebih lanjut didasarkan atas sifat-sifat serologic, imunologik. S. pullorum pathogen dalam perut ayam.
• Shigella dengan 8 spesies, banyak yang patogen. S. dysentriae, S. paradysentriae dan S. sonnei menyebabkan penyakit disentri.
5. Famili V. Brucellaceae
Kokus atau basil, kecil, tunggal atau bergandeng-gandeng. Bergerak atau diam. Patogen, terdapat dilapisan lender manusia dan hewan. Famili ini terkenal juga sebagai famili Parvobacteriaceae.

Genus yang terkenal ialah :
• Pasteurella dengan 9 spesies, Gram negatif, banyak sebagai parasit, atau patogen pada manusia dan hewan. P. tularensis menyebabkan tularemia (semacam sampar) pada manusia dan hewan.
• Brucella dengan 3 spesies, mempunyai kapsula. Parasit atau patogen pada hewan dan manusia. B. abortus menyebabkan penyakit brucellosis.
• Haemophilus dengan 15 spesies, banyak yang patogen bagi manusia dan hewan . H. influenzae disangka turut menyebabkan penyakit influenza.
• Bordetella pertussis adalah penyebab batuk rejan.
• Actinobacillus dengan 5 spesies, patogen pada hewan dan manusia.
• Noguchia dengan 3 spesies, sering kedapatan pada selaput mata manusia dan hewan.
6. Famili VI. Bacteroidaceae
Basil, umumnya kecil. Anaerob, kadang-kadang mikroaerofil. Gram negatif. Kebanyakan patogen dalam usus dan lapisan lender.
Genus yang banyak dikenal ialah :
• Bacteroides dengan 30 spesies, anaerob, patogen pada manusia dan hewan.
• Streptobacillus, anaerob, parasit atau patogen pada mamalia dan rodentia.
7. Famili VII. Micrococcaceae
Sel yang tunggal berbentuk bola. Tidak berspora. Pembiakan menurut 2 atau 3 arah, ada juga yang menurut satu arah merupakan streptokokus, ada pula yang tidak berhubung-hubungan. Gram variabel.
Genus yang terkenal ialah :
• Micrococcus dengan 16 spesies, saprobe, jarang-jarang patogen. Berkelompok tidak beraturan.
• Staphylococcus dengan 2 spesies, Gram positif, kelompok serupa untaian, warna kuning. Saprobe atau patogen. Staphylococcus aureus kedapatan pada kulit, selaput lender, bisul – bisul dan luka-luka.
• Gaffkya dengan 2 spesies, patogen pada hewan dan manusia.
• Sarcina dengan 10 spesies, berkelompok serupa paket, ada yang berwarna. Saprobe atau semi-parasit. Sarcina lutea berpigmen kuning.
8. Famili VIII. Neisseriaceae
Kokus, dua-dua atau berkelompok tidak beraturan. Tidak bergerak. Gram – negative. Parasit atau patogen.
Genus yang terkenal ialah :
• Neisseria dengan 10 spesies, diantaranya N. gonorrhoeae, penyebab penyakit kelamin, dan N. meningtidis penyakit radang selaput otak.
• Veillonella dengan 6 spesies, parasit dan patogen.
9. Famili IX. Brevibactericiae
Basil, tidak berspora. Gram positif. Merah, kuning atau coklat. Habitat tanah , air tawar, air asin, sampah-sampah.
Genus yang banyak dikenal ialah Brevibacterium dengan 23 spesies, saproba, aerob dan anaerob fakultatif.
10. Famili X. Lactobacillaceae
Basil atu kokus yang bergandeng-gandengan atau merupakan tetrad. Gram positif . umumnya saproba. Beberapa spesies patogen.

Genus yang terkenal ialah :
• Diplococcus pneomoniae, penyebab radang paru-paru peneumonia.
• Sterptococus dengan 19 spesies, saprobe atau parasit. S. lactis dan S. Cremoris penting dalam pembuatan keju dan mentega.
• Leuconostoc dengan 3 spesies, saprobe. L. dextranicum dan L. citrovorum berguna untuk memberikan aroma kepada mentega dan keju.
• Lactobacillus dengan 11 spesies, di antaranya L. lactis, L acidophilus, keduanya menghasilkan sedikit asam dari fermentasi gula. L. casei digunakan dalam pembuatan keju.
• Eubacterium dengan 20 spesies, saprobe atau patogen. Banyak kedapatan dalam usus. Genus yang lain seperti catenabacterium banyak hidup sebagai saproba dalam usus.
11. Familia XI. Propionibacteriaceae
Basil tak bergerak, tidak berspora. Mungkin pleomorfik. Gram positif. Ada yang berpigmen coklat. Genus yang terkenal ialah Propionibacterium dengan 11 spesies, penghasil asam propionat.
12. Famili XII. Corynebacteriaceae
Kebanyakan basil yang diam. Gram positif. Aerob, mikroaerofil sampai anaerob. Mengubah nitrat menjadi nitrit.
Genus yang terkenal ialah Corynebacterium dengan 33 spesies, diantaranya ada yang parasit dan patogen pada tumbuhan dan manusia. Corynebacterium diphtheriae menyebabkan penyakit tenggorokan dipteri.
13. Famili XIII. Bacillaceae
Basil, kadang-kadang streptobasil, membentuk endospora. Flagel peritrik, atau tanpa flagel. Gram positif, variabel dan negatif. Parasit atau patogen terutama pada insekta.
Genus yang terkenal ialah :
• Bacillus dengan 25 spesies, bergerak, flagel peritrik. Endospora di tengah atau di ujung sporangium. B. subtilis menghasilkan antibiotik basitrasin dan subtilin. B. anthracis menyebabkan penyakit antraks. B. stearothermorphilus hidup subur dalam suhu 650 C. B. meganterium adalah saprobe yang terdapat dimana-mana. B. cereus hidup sebagai saprobe, kadang-kadang juga sebagai pathogen
• Clostridium terdapat 93 spesies, anaerob, saprobe, parasit pathogen. Terdapat di tanah, usus manusia dan hewan. C. pasteurianum penghuni tanah yang dapat mengikat N2 bebas. C. botulinum, saprobe pada makanan basi, mengasilkan racun. C. tetani penyebab tetanus (kejang-rahang), C. perfringerns menyebabkan busuknya luka.
Ordo V – Actinomycetales
Sel kaku dan mungkin tumbuh seperti miselium jamur dengan konidia di udara. Dua genera mempunyai spora yang yterbentuk di dalam spongarium, dan spora dari salah satu genus ini dapat bergerak. Sel-sel tunggal, atau bercabang sederhana, kerap kali tahan asam.
Ordo ini diduga merupakan pendahulu dari golongan jamur. Sel-sel panjang, ada kecenderungan untuk bercabang. Saproba atau pathogen. Habitat tanah. Ordo ini terdiri atas 4 famili, yaitu :
1. Famili Mycrobacteriaceae
Sel berupa batang-batang halus, lurus atau sedikit bengkok, tahan asam, tidak bergerak, tidak mempunyai konidia. Aerob, saproba, parasit atau pathogen. Genus yang terkenal ialah :
• Mycrobacterium dengan 13 spesies, diantaranya ialah M. tuberculosis, M. leprae keduanya pathogen pada manusia; M. bovis, pathogen pada lembu, dan M. avium, pathogen pada unggas.
• Mycococcus dengan 6 spesies. Sel-sel serupa kokus, Gram positif, aerob, penghuni tanah. M. citreus, M. flavus, M. luteus, masing-masing berpigmen.
2. Famili Actynomicetaceae
Berbentuk miselium yang semula tidak bersekat. Membentuk konidia pada hifa yang menegak. Saproba parasit, atau pathogen. Genus yang terkenal ialah :
• Nocardia dengan 45 spesies, aerob, pathogen. Genus ini dapat menggunakan lilin, fenol dan kresol sebagai sumber tenaga. N. madurae menyebabkan borok pada kaki.
• Actinomyces, pathogen pada hewan dan manusia. A. bovis menyebabkan actinomycosis pada lembu (bengkak rahang). A. isrelii pathogen pada manusia.
3. Famili Streptomycetaceae
Konidia terbentuk pada sporofora. Umumnya saproba, sedikit sekali yang parasit. Genus yang terkenal ialah Streptomyces dengan 150 spesies. Genus ini terkenal karena menghasilkan antibiotik. Misal, S. griseus menghasilkan streptomisin, S. aureofaciens menghasilkan auremisin, S. venezuelae menghasilkan kloromisetin (kloramfenikol).
4. Famili Actinoplanaceae
Berbentuk miselium, spora terbentuk didalam sporangium. Spora mengembara atau diam. Habitat tanah dan air. Genus yang terkenal ialah Actinoplanes dan Streptosporangium, keduanya saprobe dalam tanah.


Ordo VI – Caryophanales
Sel dalam trikoma. Bentuk trikoma, tidak ada selubung. Saproba dalam air, sampah-sampah, atau parasit dalam usus vertebrata dan insekta. Ordo ini terdiri atas 3 famili, yaitu Caryophanaceae, Oscillosporaceae, dan arthromitaceae, berturut-turut dengan 3, 1, 2 spesies.
Ordo VII – Beggiatoales
Sel kaku, biasanya besar dan mungkin serupa bola atau trikoma. Mungkin ada butir-butir belerang di dalam atau permukaan sel. Bergerak dengan menjulur, bergelombang atau berguling-guling, gerakan putus-putus seperti pada beberapa ganggang biru. Tidak ada flagel. Bentuk trikoma tunggal atau berkelompok tiga. Tak berflagel. Ada spesies yang bergerak dengan menjulur, berguling-guling. Kerap kali ada butir-butir belerang. Habitat air tawar, air laut, pada ganggang. Keempat family yang masuk dalam ordo ini ialah :
1. Famili Beggiatoaceae
Terdiri atas 4 genus dengan 18 spesies, mempunyai bentuk seperti benang yang ujungnya dapat bergerak. Tak ada konidia. Pembiakan dengan potongan-potongan benang. Dalam famili ini banyak spesies bakteri-belerang. Genus yang terkenal ialah :
• Beggiatoa dengan 6 spesies, diantaranya Beggiatoa alba banyak terdapat dalam air kotor yang tergenang, menempel pada sampah-sampah atau tanaman air, merupakan lapisan yang berwarna keabu-abuan.
• Thiothrix dengan 7 spesies, umumnya penghuni air tawar, air laut.
2. Famili Vitreoscillaceae
Trikoma tidak berwarna, penghuni perairan yang tenang, terdiri atas 3 genus dengan 13 spesies.
1. Famili Leucotrichaceae dengan 1 genus Leucothrix, penghuni air tawar, air laut, yang mengandung sisa-sisa zat organic yang berasal dari ganggang.
2. Famili Achromatiaceae, terdapat dalam air tawar dan air laut, belum banyak dikenal. Famili ini terdiri atas 1 genus Achromatium.
Ordo VIII – Myxobacteriales
Sel lebih besar atau kecil, tetapi tidak kaku. Sel lemas, kerap kali runcing pada ujung pangkal, bergerak dengan menjalar. Tubuh-tubuh tumbuh pada koloni yang menyebar seperti plasmodium. Berlendir.
Ordo ini terdiri atas 5 famili dengan 12 genus yang mencakup 71 spesies, kebanyakan hidup sebagai saproba, dapat menghasilkan lendir sehingga masing-masing tetap berkelompok. Kelompok ini dapat bergerak perlahan-lahan. Makin bertambah usia, makin banyak lendir yang dihasilkannya. Bakteri yang ada di dalam kelompok itu berbentuk batang lemas, tidak mempunyai flagel, namun dapat bergerak sediki-sedikit. Kelompok lendir yang berisikan ribuan bakteri ini menyerupai plasmodium (malaria), sehingga untuknya seringkali diberikan nama pseudoplasmodium (pseudo = semu). Di dalam bentuk kelompok ini, bakteri dikatakan di dalam fase mengembara. Fase ini diikuti dengan fase pembiakan; prosesnya sangat mengasyikan. Jika kelompok lendir itu sudah cukup usia, maka terjadilah pembagian kelompok atas kelompok-kelompok kecil. Kelompok-kelompok kecil ini menjulang ke atas dengan suatu tangkai, dan tangkai itu tetap berdiri di atas induk-kelompok lendir. Kelompok kecil yang betangkai ± 1 mm ini berbentuk bola; ada juga yang bentuknya tidak beraturan. Tangkai tidak berisi bakteri, tetapi kelompok bola yang diatasnya itu penuh dengan bakteri. Bola-bola itu seakan-akan merupakan “buah” yang oleh beberapa sarjana disebut juga kista (cysta). Warna, bentuk, dan besar kecilnya buah tersebut berbeda-beda; hal ini bergantung kepada spesies. Banyak spesies yang berwarna kuning jingga atau merah.
Jika buah atau kista itu matang, maka sel-sel yang ada di dalamnya menjadi pendek-pendek, bahkan pada beberapa spesies sel-sel itu sampai serupa bola-bola kecil. Lendir menjadi kering juga. Maka setelah beberapa lama dalam keadaan demikian, sel-sel bertebaran karena angina tau air hujan. Di tempat baru sel-sel tersebut memulaikan kehidupan baru. Tempat yang mereka sukai ialah kayu-kayuan yang lapuk, jamur, atau kotoran hewan. Spesies yang hidup sebagai parasit juga ada, misalnya Polyangium parasiticum pada ganggang hijau Cladaphora. Contoh yang lain ialah Podangium lichenocolum; spesies ini hidup sebagai parasit pada Lichenes.
Ada satu genus cytophaga yang dapat mencernakan selulosa dan agar-agar. Chytophaga columnaris dapat menimbulkan penyakit pada ikan.
Ordo IX – Spirochaetales
Sel berbentuk spiral panjang atau pendek. Bergerak bebas dengan membelok- belokkan tubuh.
Ordo ini terdiri atas 2 famili dengan 6 genus yang mencakup 49 spesies. Ada beberapa spesies yang patoggen pada hewan dan manusia. Bakteri dari ordo ini berupa batang yang melingkar-lingkar seperti spiral. Semula orang menyangka spiral ini tidak mempunyai falgel, akan tetapi penyelidikan dengan mikroskop electron menunjukkan adanya flagel yang amfitrik.
Banyak spesies yang tidak dapat diwarnai dengan cara yang biasa; untuk mengamatinya diperlukan mikroskop yang berlatar –belakang gelap. Beberapa spesies layak juga dimasukkan dalam golongan protozoa, mengingat cara bergeraknya, akan tetapi mengingat sifat – sifatnya yang lain, diantaranya adalah pembelahan secara tranversal, menyebabkan Spirochaetales ini digolongkan kepada tumbuhan. Kedua famili yang masuk dalam ordo ini adalah :
1. Famili Spirochaetaceae dengan genus baku Spirochaeta. Banyak spesies dari famili ini hidup sebagai saprobe di dalam air di selokan – selokan. Beberapa spesies yang lain hidup sebagai parasit di dalam usus Molluska yang berkatup dua.
2. Famili Treponemataceae: Banyak spesies dari family ini hidup sebagai parasit dan pathogen pada Vertebrata, di anataranhya ada yang menyebabkan penyakit kelamin pada manusia. Famili ada yang menyebabkan penyakit kelamin pada manusia.
Famili ini terdiri dari 3 genus, yaitu :
• Borrelia dengan 28 spesies, diantaranya ialah B. novyi dan B. recurrentis yang menyebabkan penyakit demam berulang, sedang B. vincentii menyebabkan penyakit tenggorokan ( Vincent’s argina).
• Treponema dengan 8 spesies, diantaranya ialah T. pallidum yang menyebabkan penyakit sfilis, T. pertenue yang menyebabkan penyakit patek atau puru (framboesia).
• Leptospira mempunyai lengkungan – lengkungan yang lebih halus daripada Treponema, ujung – ujungnya serupa kail. L. icterohaemorrhagiae menyebabkan penyakit weil, suatu penyakit kuning. Penyakit ini banyak diderita oleh pekerja – pekerja tambang yang tempatnya selalu lembab. Urine tikus liar yang kejangkitan Leptospira mengandung bakteri ini.
Ordo X – Mycoplasmatales
Tak bergerak, sangat pleomorfik dan sangat halus. Ada kalanya dapat lewat saringan.
Sangat pleomorfik, mudah sekali rusak, tidak bergerak, tidak berspora. Gram negatif. Saproba ada juga yang pathogen. Ordo ini terdiri atas 1 famili dengan1 genus.
Famili Mycoplasmataceae : merupakan koloni – koloni yang kecil jika ditumbuhkan dalam medium buatan. Sifat – sifat lebih terperinci masih perlu diselidiki. Genus yang sudah dikenal ialah Mycoplasma dengan 15 spesies, diantaranya M. mycoides yang dapat menyebabkan pleuropneumonia pada hewan; M. hominis yang dapat mengganggu kesehatan manusia.
Kemajuan di bidang Biologi Molekul menyebabkan timbunlnya pendapat baru, yaitu untuk membagi makhluk hidup atas dunia prokaryota dan dunia Eukaryota, yang pertama mempunyai bahan inti AND yang tersebar, sedang yang kedua mempunyai bahan inti AND yang terwadahi dalam suatu organ berdinding yang lazim disebut inti.
Untuk dapat mengadakan identifikaasi suatu bakteri, orang harus membaca dahulu buku pegangan agar mengenal prosedur pengamatannya secara makroskopik maupun secara mikroskopik, pula urutan – urutan pengadaan uji- uji fisiologik bakteri yang akan diidentfkasi. Setelah data terkumpul, yaitu ciri – ciri mengenai morfologi dan fisiologi bakteri yang bersangkutan, barulah buku pegangan dibaca lagi.
 Klas Microtatobiotes dibagi atas 2 ordo, yaitu :
Ordo I – Rickettsiales
Ordo II – Virales
 Ordo-ordo tersebut dibbagi-bagi klagi atas sub-ordo dan family sebagai berikut :
Ordo I. Pseudomonadales
Sub-ordo I. Rhodobacteriineae
Famili I – Thiorhodaceae 13 genus 34 spesies
Family II – Athiorhodaceae 2 genus 8 spesies
Family III – Chlorobacteriaceae 6 genus 9 spesies
Sub-ordo II. Pseudomonadineae
Famili I – Nitrobacteriaceae 7 genus 13 spesies
Family II – Methanomonadaceae 3 genus 6 spesies
Family III – Thiobacteriaceae 5 genus 17 spesies
Family IV – Pseudomonadaceae 12 genus 258 spesies
Family V – Caulobacteraceae 4 genus 8 spesies
Family VI – Siderocapsaceae 10 genus 28 spesies
Family VII – Spirillaceae 10 genus 30 spesies
Ordo II. Chlamydobacteriales
Family I – Chlamydobacteriaceae 3 genus 17 spesies
Family II – Peloplocaceae 2 genus 6 spesies
Family III – Crenotrichaceae 3 genus 3 spesies
Ordo III. Hyphomicrobiales
Family I – Hyphomicrobiaceae 2 genus 2 spesies
Family II – Pasteuriceae 2 genus 2 spesies
Ordo IV. Eubacteriales
Family I – Azotobacteraceae 1 genus 3 spesies
Family II – Rhizobiaceae 3 genus 17 spesies
Famili III – Achromobacteriaceae 5 genus 65 spesies
Family IV – Enterobacteriaceae 10 genus 59 spesies
Family V – Brucellaceae 8 genus 42 spesies
Family VI – Bacteroidaceae 5 genus 56 spesies
Family VII – Micrococcaceae 6 genus 43 spesies
Family VIII – Neisseriaceae 2 genus 16 spesies
Family IX – Brevibacteriaceae 2 genus 26 spesies
Family X – Lactobacillaceae 10 genus 92 spesies
Family XI – Propionibacteriaceae 3 genus 13 spesies
Family XII – Corynebacteriaceae 2 genus 55 spesies
Ordo V. Actinomycetales
Family I – Mycobacteriaceae 2 genus 20 spesies
Family II – Actinomycetaceae 2 genus 48 spesies
Family III – Streptomycetaceae 3 genus 158 spesies
Family IV – Actinoplanaceae 2 genus 2 spesies
Ordo VI. Caryophanales
Family I – Caryophanaceae 3 genus 7 spesies
Family II – Oscillosporaceae 1 genus 1 spesies
Family III – Arthromitaceae 2 genus 5 spesies
Ordo VII. Beggiatoales
Family I – Beggiatoaceae 4 genus 18 spesies
Family II – Vitreoscillaceae 3 genus 13 spesies
Family III – Leucotrichaceae 1 genus 1 spesies
Family IV – Achromatiaceae 1 genus 1 spesies
Ordo VIII. Myxobacteriales
Family I – Cytophagaceae 1 genus 11 spesies
Family II – Archangiaceae 2 genus 6 spesies
Family III – Sorangiaceae 1 genus 8 spesies
Family IV – Polyangiaceae 4 genus 28 spesies
Family V – Myxococcaceae 4 genus 18 spesies
Ordo IX. Spirochaetales
Family I – Spirochaetaceae 3 genus 11 spesies
Family II – Treponemataceae 3 genus 38 spesies
Ordo X. Mycoplasmatales
Family I – Plasmataceae 1 genus 15 spesies




2.9 KELOMPOK UTAMA BAKTERI BERDASARKAN BERGEY’S MANUAL EDISI KE-8
o Kelompok 1 : Bakteri Fototrofik
Ciri-ciri :
• Bentuk sel bulat, batang, vibrio, atau spiral.
• Gram negatif .
• Perkembangbiakan dengan pembelahan biner.
• Bergerak dengan flagella atau nonmotil.
• Fotosintetik.
• Bakterioklorofil.
• Berpigmen.
• Habitat di lingkungan akuatik.
Contoh : Thiospirillum sp., Chromatium sp.
o Kelompok 2 : Bakteri Luncur
Ciri-ciri :
• Bentuk sel batang, bola atau filamen.
• Gram negatif.
• Motil
• Sel-sel dapat terbenam dalam lendir.
• Beberapa membentuk tubuh buah.
• Habitat di tanah, bahan tumbuhan membusuk, lingkungan akuatik.
Contoh : Cytophagales


o Kelompok 3 : Bakteri Berselongsong
Ciri-ciri :
• Sel terbungkus dalam selongsong.
• Bentuk sel batag, atau seperti filmen.
• Motil.
• Gram negatif.
• Beberapa membentuk pelekap ( dasar penghisap) yang digunakan untuk menempelkan diri pada permukaan.
• Habitat di lingkungan akuatik dan lumpur.
Contoh : Sphaerotilus, Leptothrix, Cladothrix, Crenothrix
o Kelompok 4 : Bakteri kuncup dan/atau bakteri berapendiks
Ciri-ciri :
1. Sel dengan prosteka atau pelekap.
2. Perbanyakan dengan berkuncup dan membelah.
3. Motil karena flagela kutub atau nonmotil.
4. Bentuk sel bola, oval, ginjal, batang dengan ujung meruncing, beberapa menunjukkan pertumbuhan seperti hifa ( filament).
5. Habitat di tanah, lingkungan akuatik.
Contoh : Hyphomirobium.
o Kelompok 5 : Bakteri Spiroket
Ciri-ciri :
• Dinding sel lentur (tidak kaku).
• Morfologi sel langsing terpilin (spiral).
• Perbanyakan dengan pembelahan melintang.
• Motil.
• Banyak spesies gram negatif.
• Habitat di tanah dan lingkungan akuatik.
• Patogenesitas.
Contoh : Treponema pallidum
o Kelompok 6 : Bakteri Spiral dan Lengkung
Ciri-ciri :
• Dinding sel kaku.
• Bentuk sel batang terpilin-pilin.
• Motil karena flagella.
• Gram negatif.
• Habitat di lingkungan akuatik, organ-organ reproduktif, saluran pencernan, dan rongga mulut hewan ( termasuk manusia).
• Patogenesitas.
Contoh : Campylobacter fetus.
o Kelompok 7 : bakteri batang dan kokus aerobik gram negatif
Ciri-ciri :
• Morfologi sel batang, lonjong, bola, dimensi khas untuk bakteri.
• Motil karena flagella atau nonmotil.
• Aerobik.
• Gram negatif.
• Beberapa dapat menambat nitrogen dari udara, dapat mengoksidasi senyawa berkarbon satu, dapat menghancurkan berbagai macam senyawa.
• Habitat di tanah, lingkungan akuatik, dan air asin.
• Patogenesitas.
Contoh : Brucella dan Francisella tularensis.
o Kelompok 8 : Batang anaerobik Fakultatif Gram negative
Ciri-ciri :
• Morfologi sel batang pendek.
• Motil, flagella secara merata tersebar diseluruh permukaan sel atau nonmotil.
• Anaerobic fakultaif.
• Habitat di lingkungan akuatik, tanah , makanan, air seni, tinja.
• Patogenesitas.
Contoh : escherichia coli, salmonella sp.
o Kelompok 9 : Batang gram negatif anaerobik
Ciri-ciri :
• Morfologi sel batang,lurus, atau lengkung, memperlihatkan banyak sekali pleomorfisme.
• Motilitas, beberapa spesies nonmotil.
• Anaerob obligat.
• Habitat di rongga-rongga alamiah pada manusia dan hewan, juga saluran pencernaan serangga.
• Patogenesitas.
Contoh : Desulfovibrio, Succinivibrio, Butyrivibrio, Selenomonas
o Kelompok 10 : Kokobasilus dan kokus gram negative
Ciri-ciri :
• Morfologi sel : kokus, berpasangan (diplokokus),beberapa kokobasili (batang-batang pendek),terdapat tunggal dan berpasangan.
• Nonmotil.
• Gram negatif.
• Aerobik.
• Habitat di saluran lendir manusia dan hewan.
• Patogenesitas.
Contoh : Neisseria gonorrhoeae dan Neisseria meningitidis.
o Kelompok 11 : Bakteri anaerobik gram negative
Ciri-ciri :
• Morfologi sel sngat kecil sampai sel-sel bulat yang lebih besar.
• Nonmotil.
• Anaerobik.
• Habitat di saluran pernafasan dan pencernaan manusia dan hewan.
• Parasitik.
Contoh : Veillonella
o Kelompok 12 : bakteri kemolitotrofik gram negatif
Ciri-ciri :
• Autotrofik.
• Morfologi sel : bulat, batang, spiral, membran berlapis banyak pada beberapa spesies.
• Motil karena flagella atau nonmotil.
• Habitat di tanah, limbah, lingkungan akuatik, lingkungan alamiah yang banyak mengndung belerang, besi atau mangan.
Contoh : Nitrococcus


o Kelompok 13 : bakteri penghasil metan (metanogenik)
Ciri-ciri :
• Autotrofik atau heterotrofik.
• Morfologi sel : bola, batang, spiral.
• Motil karena flagella kutub atau nonmotil.
• Gram positif atau gram negatif.
• Anaerobic.
• Beberapa spesies termofilik.
• Habitat di saluran gastrointestinal pada hewan, endapan pada lingkungan akuatik dan limbah.
Contoh : Methanospirillum.
o Kelompok 14 : kokus gram positif
Ciri-ciri :
• Morfologi sel :kokus terdapat tunggal atau berpasangan, dalam rantai, paket, atau gerombol.
• Nonmotil.
• Gram positif.
• Anaerobic fakultatif atau mikroaerofilik.
• Heterotrofik.
• Habitat di tanah, air tawar, kulit, dan selaput lendir pada binatang berdarah panas termasuk manusia.
• Patogenesitas.
Contoh : Sarcina


o Kelompok 15 : batang dan kokus pembentuk endospora
Ciri-ciri :
• Morfologi sel : batang.
• Motil karena flagella atau nonmotil.
• Reaksi gram : kebanyakan gram positif.
• Aerobic, anaerobic fakultatif, anaerobic, atau mikroaerofilik.
• Endospora.
• Habitat di tanah, air, lingkungan akuatik, saluran pencernaan hewan dan manusia.
• Patogenesitas.
Contoh : Sporosarcina
o Kelompok 16 : bakteri gram positif tak membentuk spora
Ciri-ciri :
• Morfologi sel : Basilus terdapat tunggal atau dalam rantai.
• Nonmotil.
• Gram positif.
• Anaerobic atau anaerobic fakultatif.
• Habitat di produk persusuan, produk dari daging dan butiran, air, limbah, serta produk fermentasi, rongga mulut, vagina, serta saluran pencernaan makanan hewan termasuk manusia.
Contoh : Lactobacillus.
o Kelompok 17 : aktinomisetes dan organisme yang sekerabat
Ciri-ciri :
• Morfologi sel sangat beragam dan pleomorfik, bentuk batang tak beraturan,filament, dan filamen bercabang, struktur miselium.
• Nonmotil.
• Gram positif.
• Aerobic, anaerobic, atau anaerobic fakultatif.
• Habitat di tanah, lingkungan akuatik, air, dan binatang serta manusia.
• Patogenesitas.
contoh : Mycobacterium tubercolosis.
o Kelompok 18 : riktesia
Ciri-ciri :
• Morfologi sel :batang pendek, atau lonjong.
• Gram negatif.
• Nonmotil.
• Parasit obligat intraselular ( kultivasi laboratories dalam system kultur jaringan atau hewan).
• Habitat di serangga pembawa, burung, dan mamalia terasuk manusia.
• Patogenesitas.
Contoh : Chlamydia. Rickettsia prowazekii, Chlamydia trachomatis, Coxiella burnetii.
o Kelompok 19 : mikoplasma
Ciri-ciri :
• Morfologi sel : tidak ada dinding sel sejati, kandungan sel terbungkus oleh membrn berlapis 3 yang tak kaku.
• Nonmotil.
• Gram negatif.
• Anaerobic fakultatif.
• Habitat di selaput lendir saluran pernafasan dan saluran alat kelamin bawah.
• Patogenesitas.
Contoh : koloni mycoplasma molare, Mycoplasma mycoides, M. homonia, M. orale, Acholeplasma, Spiroplasm.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Bakteri, berasal dari bahasa latin yaitu bacterium (jamak, bacteria) adalah organism yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain. Mereka sangatlah kecil dan kebanyakan bersel tunggal, dengan struktur sel yang relative sederhana tanpa inti sel (nukleus), cytoskeleton dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas, dan bakteri juga termasuk kelompok prokariot karena bakteri tidak memiliki membrane inti sel.
3.2. Saran
Dengan mengetahui berbagai macam bakteri, maka jagalah kesehatan baik kesehatan pribadi maupun kesehatan lingkungan agar tidak terhinggap bakteri.













DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Bakteri
http://fitri15.wordpress.com/2010/09/26/klasifikasi-bakteri/
http://budisma.web.id/materi/sma/kelas-x-biologi/penggolongan-bakteri/
http://fpk.unair.ac.id/webo/kuliah-pdf/Mikrobiolect-2%20%5BCompatibility%20Mode%5D.pdf
http://id.scribd.com/doc/98601839/Klasifikasi-bakteri
Dwijoseputro.1989.Dasar-dasar Mikrobiologi Dasar.Penerbit Djambatan:Jakarta
Adit.2010.Bakteri dan klasifikasinya.http://www.capungsupportcenter.co.cc/2010/09/mikrobiologi3-bakteri-ronggamulut.html.Diakses pada tanggal 30 desember 2010 pukul 15.00 WIB.
http://ugeex.blogspot.com/2009/03/klasifikasi-mikroba.html
http://budisma.web.id/materi/sma/kelas-x-biologi/penggolongan-bakteri/v